Friday, September 24, 2010

IV. CARA MENELAAH ALKITAB--PA Pribadi (4)

C. Penerapan

Penerapan adalah menerima secara pribadi kebenaran yang baru dipelajari dan melakukannya. Penerapan adalah melaksanakan dalam praktek apa yang telah kita ketahui 
“Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu” (Mar 4:24);
“Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat” (Ibr 5:14)
dan menjawab pertanyaan, “Lalu apa?” dengan menantang kita dengan pertanyaan-pertanyaan tepat dan memotivasi kita mengambil tindakan,
“Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia. Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1Yoh 2:5, 6);
“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak 2:17).
Penerapannya adalah sepenuhnya pribadi--unik bagi setiap pribadi. Adalah membuat kebenaran relevan menjadi kebenaran pribadi, dan melibatkan pengembangan strategi dan rencana tindakan menjalani hidup anda selaras dengan Alkitab, suatu penuntun tentang “bagaimana melakukan” yang alkitabiah dari hidup. Menanggapi pesan dari apa yang tertulis pada halaman-halaman Alkitab sedemikian rupa, sehingga beban hati Allah dapat dialami sendiri dan menularkannya pada orang lain.

Renungkanlah bagian itu dalam doa sampai Roh Kudus menunjukkan anda cara menerapkan kebenarannya kepada hidup anda sendiri dalam cara pribadi, praktis, mungkin, dan dapat diukur. Alkitab diberikan kepada kita untuk menunjukkan bagaimana kita harus menjalani hidup mengikuti jalan-Nya di dunia ini. Untuk mengubah hidup kita menjadi serupa hidup Yesus Kristus.

Tujuan PA yang baik adalah mengubah manusia dengan kuasa Firman dan Roh Allah. Ini menjawab pertanyaan dasar kedua, ”Apa, jika ada, urusannya atau kaitannya dengan kita dan dunia kita?” Menemukan apa arti sesuatu nas (penafsiran) dan menjalankannya dalam hidup (penerapan) adalah dua proses berbeda, walaupun berhubungan, yang harus mendapat perhatian cukup yang sama dan seimbang.
Harus diingat bahwa berbagai cuplikan nas dalam Alkitab berlaku dalam jaman sekarang dalam berbagai cara, tidak dapat diterapkan begitu saja tanpa pemikiran lebih lanjut. Maka evaluasi bagaimana nas tertentu dihubungkan dengan lingkungan kita yang paling sedikit terpaut 20 abad dari budaya dan penulisan aslinya.

Berikut ini beberapa penuntun evaluasi:

1. Jaga ceriteranya lurus seadanya. Allah mengajar umat-Nya langkah demi langkah sesuai kemampuannya memahami kebenaran-Nya. Maka ingat nas yang ditelaah (terlebih dari Perjanjian Lama) belum tentu mengandung kata akhir Allah tentang pokok pesan dalamnya, lihat adanya kemungkinan bahwa telah direvisi atau bahkan dibatalkan oleh penyataan yang datang kemudian. Untuk menjaga ceritera wahyu alkitabiah lurus seadanya tidaklah perlu menguasai semua secara terinci sejarah Perjanjian Lama dan Baru. Mulailah mempelajari masa-masa utama sejarah alkitabih dan abad atau dekade masing-masing. Buat peta kronologi dan catat kejadian-kejadian dan tokoh-tokoh penting. Beri perhatian khusus korelasi tulisan para nabi dan rasul dengan setting dalam tulisan bersejarah dari Testamen (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru); penting dalam hal ini kitab Raja-raja dan Kisah Rasul. Misalnya tempatkan Amos dalam dekade akhir kerajaan Utara dan 1 Korintus dalam terang setting yang terdapat dalam Kisah 18.

2. Pisah yang lokal dari yang universal. Pisah yang mempunyai arti lokal yang terbatas pentingnya dalam sejarah dari yang mempunyai arti universal dengan menyelami dibawah permukaan kepada prinsip yang dinyatakan dalam nas yang bersangkutan. Contoh prinsip-prinsip yang mendasar dalam iman alkitabiah, yang dari struktur nyata kitab yang bersangkutan dan penekanan pernyataan yang telah dinyatakan dengan jelas dari penulis yang bersangkutan, adalah perlakuan-perlakuan dari kehendak tertinggi Allah untuk kemanusiaan atau ketentuan hidup dalam Kerajaan Allah, a.l.: Matius 5-7, Roma 12-24, 1 Korintus 13, Efesus 4:1-16, Kolose 3:12ff, Filipi 2, dan lain-lain. Dalam mengevaluasi nas dan tafsirannya kita harus:

· pilih yang pribadi di atas yang mekanikal,
· pilih kebebasan di atas keabsahan (legalism),
· pilih iman di atas perbuatan,
· pilih kasih di atas segala lainnya.

Tolak tafsiran yang menyarankan kekudusan yang tak mengasihi, tolak ajaran yang membuat hidup dengan Allah lebih bersifat mekanikal daripada pribadi, dan lain-lain yang tidak mencerminkan kepedulian mendasar alkitabiah.

3. Biarkan Yesus menjadi hakim. Dalam menentukan apakah sesuatu tindakan atau sikap yang dianjurkan nas tertentu mau diterapkan atau tidak dalam hidup orang Kristen, evaluasi dengan standar hidup Yesus dan Firman. Prinsip ini didukung oleh dua hal.

Pertama, Yesus jelas menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan dari semua pewahyuan; misalnya Ia secara berwibawa merevisi yang difirmankan melalui Musa (Markus 10:4 dst, Mat 5:21-48).
“Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."  Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu. Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu  Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah” (Mar 10:4-12) dst.

“Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.  Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” (Mat 5:21-24), dst. Mat 5:25-48.
Kedua, para rasul jelas menulis mengambil Yesus sebagai norma hidup dalam Kerajaan (misalnya Filipi 2)--bandingkan juga Maz. 139:21-22
“Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku” (Maz 139:21-22),
mengenai”membenci” dengan ajaran Yesus dan rasul dalam Matius 5 dan Roma 12. Mengenal perbaharuan yang difirmankan seperti contoh tersebut harus menjadi perhatian kita dalam memutuskan bagaimana menerapkan Firman dalam hidup kita. Biarkan Yesus menjadi hakim.

Hubungkan juga dengan ayat-ayat bandingan (rujukan) silang untuk ayat-ayat unit telaahan anda untuk menjelaskan lebih lanjut arti dari teks. Cari lebih dahulu dalam kitab yang sama, yaitu hubungan di dalam. Kemudian bandingkan dengan pernyataan dalam tulisan lain dari penulis yang sama, hubungan luar. Lalu dengan kitab lain dari Perjanjian yang sama, terakhir bandingkan rujukan dalam keseluruhan Alkitab. Gunakan Alkitab yang dilengkapi rujukan, atau konkordans, lihat kata-kata yang sama. Ayat-ayat rujukan atau bandingan tersebut bisa berupa ayat paralel, ilustratif, atau bertentangan (sepertinya ada kontradiksi, tetapi sebenarnya pendekatan dari sudut pandang lain). Tetapi ingat memeriksa dulu konteks dari ayat bandingan yang bersangkutan, supaya jangan keliru menafsir.

Terapkan terlebih dahulu prinsip-prinsip. Kenali prinsip-prinsip umum dan maknanya bagi hidup sekarang, baru periksa detailnya apakah dapat diberlakukan atau tidak untuk hidup sekarang. Dengan cara ini akan dapat ditemukan mana yang bersifat universal dan transkultural, mana yang lebih berlaku lokal pada budaya, waktu dan tempat di zaman itu. Kalaupun misalnya cara-cara ibadah yang disinggung dalam Matius 6 berbeda pelaksanaannya di tempat lain dengan budaya dan kebiasaan berbeda, namun prinsip umum yang diajarkan berlaku, yaitu bahwa ibadah kepada Allah dengan cara bagaimana pun harus dilakukan dengan tulus kepada Allah sendiri tanpa maksud untuk mengesankan orang atau Allah. Hanya ibadah sedemikian yang akan menerima upah.

Penerapannya hendaklah spesifik dan konkrit. Pemberlakuan prinsip umum tersebut dalam hidup kita haruslah diterapkan secara terinci sesuai budaya dan situasi kondisi setempat secara spesifik dan konkrit bersifat pribadi. Jika bingung mengetahui bagaimana mulai membawa kebenaran dari nas kepada keadaan sekarang, coba mulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Dosa apa yang harus saya akui sehubungan dengan nas ini?
2. Penegasan apa yang harus saya berikan dalam terang Firman ini--penegasan tentang Allah, Kristus, diri saya, orang lain, dunia ini? Adakah perintah untuk ditaati? Adakah janji yang dapat dituntut? Adakah teladan untuk diikuti? Adakah alasan untuk mengucap syukur atau memuji Tuhan?
3. Bagaimana nas ini menegaskan sesuatu yang baik yang telah ada karena anugerah Allah dalam hidup saya?
4. Perubahan apa yang harus saya lakukan dalam investasi saya mengenai waktu, uang, energi, atau sumber daya pribadi sehubungan dengan kebenaran nas ini?
5. Doa apa yang harus saya doakan bagi saya atau keluarga saya atau teman saya atau musuh saya dalam terang apa yang saya lihat dalam Firman?

Bawakan dalam doa dan renungan.

Kalau Yesus benar-benar Tuhan kita maka tidak ada segi kehidupan kita yang luput dari penerapan Firman-Nya. Tugas kita sebagai pengikut-Nya adalah menerapkan seluruh Firman-Nya pada seluruh hidup kita.

Meskipun ada macam-macam cara atau metoda PA, namun ingatlah: di mata Tuhan bukan caranya yang penting tetapi orangnya. Cara yang baik dapat membantu seorang mengerti Alkitab. Tetapi hanya kalau ia datang dengan hati terbuka dan bersedia dipimpin oleh Roh Kudus. Seperti kata Martin Luther: ”Kita tidak dapat mengerti Alkitab hanya dengan kepandaian otak saja. Tugas pertama adalah berdoa. Mintalah pada Tuhan supaya dari kasih-Nya yang besar anda diberikan pengertian yang benar. Tidak ada yang dapat menguraikan Firman Allah lebih baik daripada Pengarangnya Sendiri”.
IMS 100924

No comments:

Post a Comment