Wednesday, September 22, 2010

IV. CARA MENELAAH ALKITAB--PA Pribadi (1)

“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan
terang bagi jalanku”
(Maz. 119:105)

PA adalah suatu penyelidikan sistimatis, cermat, dan teratur dari Firman Allah, dengan pikiran yang waspada dan hati terbuka yang berdoa. PA yang bermanfaat memerlukan upaya. Tetapi masih dalam jangkauan siapa saja dengan kecerdasan rata-rata.

Untuk memahami seluruh isi Alkitab tidak ada “jalan tol” atau “sim salabim”. Yang ada adalah kombinasi antara bergantung dan berusaha. Bergantung pada Roh Kudus merupakan sikap yang harus ada pada setiap orang yang rindu memahami Alkitab. Sebab Dialah Pengajar Firman yang Sejati. Bagaimanapun besarnya upaya yang kita lakukan jika tanpa pertolongan, yaitu penerangan Roh Kudus hasilnya akan sia-sia. Berusaha sungguh-sungguh untuk rajin dan tekun membaca dan menelaah Alkitab merupakan tindakan yang harus dilakukan. Untuk memahami Alkitab seseorang harus memiliki kerinduan dan pelatihan yang sungguh-sungguh secara disiplin. Disiplin pribadi bukan pengganti Roh Kudus. Buah-buah Roh dan kedewasaan tidak keluar dari kehidupan yang malas berpikir dan tidak disiplin. Jika kedua kombinasi tersebut di atas ada pada kita maka kita dapat disebut sebagai “tanah yang subur”
“Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat” (Mat 13:8).
I. TUJUAN

Tujuan kita menafsir Alkitab adalah menangkap maksud dari berita dan ajarannya sesuai konteks zaman itu, selanjutnya tugas kita adalah menerapkan ajaran itu dalam kehidupan kita kini. Untuk melakukan hal tersebut kita dituntut untuk menggunakan pikiran secara maksimal dan sepeka mungkin pada pimpinan Roh Kudus. Gunakan semua kemampuan yang telah Tuhan beri, yakni intuisi, imajinasi, ingatan, dan penalaran secara seimbang. Ingatan saja tanpa penalaran tidaklah produktif. Intuisi saja akan membuat kita jadi subjektif. Imajinasi saja akan membawa kita kepada fantasi. Penalaran akan menutup mata kita terhadap banyak hal di dalam Alkitab. Tanpa pendalaman yang serius, Alkitab tidak akan mengeluarkan banyak buah. Bahwa Roh Kudus bekerja menerangi FirmanNya tidak berarti bahwa kita tidak memerlukan tehnik penafsiran yang benar.

Untuk alasan ini, langkah pertama dalam penelaahan Alkitab sebenarnya adalah berdoa sebentar sebelum memulai setiap PA¾berdoa supaya Roh yang sama yang mengilhamkan para penulis Firman Allah juga mengilhami dan menerangi pikiran kita, berdoa untuk pikiran yang rendah hati dan dapat diajar. Minta Tuhan menyucikan hidup anda dari semua dosa yang diketahui dan memenuhi anda dengan Roh Kudus, supaya anda berada dalam persekutuan dengan Dia selama penelaahan; pastikan
“Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.  Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.  Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab: ‘Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?’ Tetapi kami memiliki pikiran Kristus”  (1 Kor 2:10-16).

“Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?” (1 Kor 3:1-4)!.
Berdoa supaya Roh Kudus menuntun anda dalam penelaahan anda. Hapal Maz. 119:18
“Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu” (Maz 119:18)
dan pakai itu sebelum setiap penelaahan. Anda harus berada dalam persekutuan dengan Tuhan supaya dapat memahami dan menerapkan Firman-Nya.

II. CARA

Ada banyak cara menyelidiki Alkitab. Ada yang salah dan ada yang baik. Yang baik adalah yang berdasarkan atau menerapkan asas-asas penelaahan Alkitab seperti yang telah diuraikan dalam bab sebelum ini, yang menganjurkan cara penelaahan yang disebut cara induktif, suatu cara yang cocok juga untuk kelompok-kelompok. Suatu prosedur yang bergerak dari yang diketahui kepada yang belum diketahui, dari fakta-fakta khusus kepada kesimpulan umum. Di sini Alkitab diselidiki secara sistimatis seperti dalam penyelidikan ilmiah. Ini berdasarkan keyakinan bahwa setiap orang yang tulus dan bersedia dipimpin Roh Kudus dapat mengerti pokok-pokok penting dalam Alkitab. Jadi, kita akan mengetahui cara berpikir dan cara hidup yang Tuhan tuntut dari kita.

Penyelidikan induktif mencakup:

· mencari dulu apa yang sebenarnya dikatakan Alkitab. Barulah kemudian dibahas penerapannya pada persoalan-persoalan modern. Yang berwenang adalah Alkitab, bukan pengalaman atau perasaan seseorang.
· tidak berpegang pada suatu pandangan atau ajaran tertentu sebelumnya. Ajaran benar adalah hasil penyelidikan sendiri, bukan ketentuan sebelumnya.

· menganalisa seluruh bagian yang sedang dipelajari. Lingkungannya atau konteksnya, serta kepribadian penulis tidak diabaikan.

Cara induktif juga dapat diterapkan pada ayat demi ayat.

Tiga Tahap Dasar Dalam Penelaahan Induktif.

Mengulangi secara singkat apa yang telah diuraikan dalam bab sebelum ini, dalam menerapkan asas-asas penelaahan Alkitab ada dua pertanyaan dasar yang menjadi fokus utama.

Pertanyaan dasar pertama: Apa sebenarnya yang penulis ingin katakan kepada pembacanya semula? Pertanyaan ini memperhatikan sejumlah hal penting.

Pertama, pembaca supaya mengenali ciri sejarah dari pernyataan Alkitab, yang ditulis dalam rentang masa sejak jaman tembaga sampai jaman Romawi (1500 S.M. – 100 M.) kepada orang-orang, dengan budaya, dan kebiasaan tertentu.

Kedua, supaya memperhatikan sifat obyektif dari Alkitab. Maka periksa apa yang sebenarnya penulis katakan, sebelum menafsir atau menerapkannya. Lihat apa yang sebenarnya ada. Lihat nas sejelasnya. Lihat rinciannya dalam terang keseluruhan. Lihat dalam terang konteksnya.

Ketiga, supaya memperhatikan dengan sungguh wibawa Alkitab. Ingat Alkitab dan pesan-pesannya adalah bebas berdiri sendiri terlepas dari anda, tradisi anda, dan pilihan kesukaan anda. Jangan campur aduk pikiran penulis dengan pikiran sendiri.

Jadi, pertanyaan dasar pertama ini memulai proses penelaahan dengan pengamatan (melihat apa yang sebenarnya penulis katakan) dan dengan penafsiran (mencoba memahami apa yang ia maksud). Pada hakekatnya ini adalah penerapan asas pertama dan azas kedua penelaahan Alkitab.

Pertanyaan dasar kedua: Apa, jika ada, urusannya atau kaitannya dengan kita dan dunia kita? Pertanyaan ini meminta perhatian atas dua hal penting:

Pertama, bahwa tidak semua nas ada hubungannya dengan kita dengan cara yang sama. Bukan hal bahwa semua nas penting, tetapi seberapa spesifiknya sesuatu nas mempengaruhi hidup kita sekarang.

Kedua, bahwa kita tidak boleh puas hanya dengan penelaahan ilmiah murni, tetapi terus belajar tiada henti menemukan kebenaran dan arti pentingnya bagi jaman sekarang.
Maka pertanyaan dasar kedua melanjutkan dari pengamatan dan penafsiran ke evaluasi dan penerapan, yaitu “menjadi daging” dalam kita.
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya” (Yak. 1:22-25).
Pada hakekatnya, ini adalah penerapan asas kedua dan asas ketiga.

Dalam pada itu diingatkan kembali, bahwa tujuan akhir suatu PA adalah penerapan, bukan hanya penafsiran. Jangan mau berhenti sampai pemahaman saja, tetapi mau menerapkan prinsip-prinsip alkitabiah dalam hidup sehari-hari. Alkitab diberikan bukan untuk menambah pengetahuan kita, tetapi untuk mengubah hidup kita, yaitu mengubah tabiat kita dan menjadikannya semakin sesuai dengan Yesus Kristus
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri”  (Yak. 1:22).
Ketika kita menerapkan Firman Allah dalam hidup kita, kita juga akan menjadi bergairah menjalankan Amanat Agung
“Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:18-20).
Tujuan kita dalam semua PA adalah mengenal Yesus Kristus dan menjadi seperti Dia dalam sikap, pikiran, bicara, tindakan, dan nilai kita; bukan untuk mengesankan orang lain.

PA memerlukan mencatat apa yang anda amati dan temukan. Anda tak dapat menelaah Alkitab tanpa menulis mencatat sesuatu; perbedaan membaca Alkitab dari menelaah Alkitab. Jika anda belum mencatat pengamatan anda di atas kertas, anda belumlah sesungguhnya memikirkannya.

PA berarti bahwa Firman Allah haruslah ditelaah secara sistimatis. Yang kita perlukan adalah rencana penelaahan teratur yang sistimatis, apakah kita menelaah suatu kitab, menelaah suatu kata, menganalisa tabiat seseorang, menelaah suatu pasal, ataupun memilih metoda lain. Seperti seorang detektif yang baik, langkah-langkahnya adalah:

1) mengamati--melihat fakta-fakta dasar yang terdapat dalam teks;
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan--menemukan fakta-fakta tambahan dengan pengamatan yang lebih intensif;
3) menafsirkan¾menganalisa apa arti teks;
4) mencocokkan dan mengkorelasi apa yang ia temukan dengan kebenaran alkitabiah lainnya yang ia ketahui, dilakukan dengan membanding-silangkan ayar-ayat dan membanding-silangkan nas dengan nas;
5) menarik kesimpulan, menerapkan dalam hidupnya secara praktis kebenaran hasil telaahannya.
Jadi, melalui suatu pendekatan induktif pada PA.

IMS 100913

No comments:

Post a Comment