Friday, September 24, 2010

IV. CARA MENELAAH ALKITAB--PA Pribadi (4)

C. Penerapan

Penerapan adalah menerima secara pribadi kebenaran yang baru dipelajari dan melakukannya. Penerapan adalah melaksanakan dalam praktek apa yang telah kita ketahui 
“Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu” (Mar 4:24);
“Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat” (Ibr 5:14)
dan menjawab pertanyaan, “Lalu apa?” dengan menantang kita dengan pertanyaan-pertanyaan tepat dan memotivasi kita mengambil tindakan,
“Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia. Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1Yoh 2:5, 6);
“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak 2:17).
Penerapannya adalah sepenuhnya pribadi--unik bagi setiap pribadi. Adalah membuat kebenaran relevan menjadi kebenaran pribadi, dan melibatkan pengembangan strategi dan rencana tindakan menjalani hidup anda selaras dengan Alkitab, suatu penuntun tentang “bagaimana melakukan” yang alkitabiah dari hidup. Menanggapi pesan dari apa yang tertulis pada halaman-halaman Alkitab sedemikian rupa, sehingga beban hati Allah dapat dialami sendiri dan menularkannya pada orang lain.

Renungkanlah bagian itu dalam doa sampai Roh Kudus menunjukkan anda cara menerapkan kebenarannya kepada hidup anda sendiri dalam cara pribadi, praktis, mungkin, dan dapat diukur. Alkitab diberikan kepada kita untuk menunjukkan bagaimana kita harus menjalani hidup mengikuti jalan-Nya di dunia ini. Untuk mengubah hidup kita menjadi serupa hidup Yesus Kristus.

Tujuan PA yang baik adalah mengubah manusia dengan kuasa Firman dan Roh Allah. Ini menjawab pertanyaan dasar kedua, ”Apa, jika ada, urusannya atau kaitannya dengan kita dan dunia kita?” Menemukan apa arti sesuatu nas (penafsiran) dan menjalankannya dalam hidup (penerapan) adalah dua proses berbeda, walaupun berhubungan, yang harus mendapat perhatian cukup yang sama dan seimbang.
Harus diingat bahwa berbagai cuplikan nas dalam Alkitab berlaku dalam jaman sekarang dalam berbagai cara, tidak dapat diterapkan begitu saja tanpa pemikiran lebih lanjut. Maka evaluasi bagaimana nas tertentu dihubungkan dengan lingkungan kita yang paling sedikit terpaut 20 abad dari budaya dan penulisan aslinya.

Berikut ini beberapa penuntun evaluasi:

1. Jaga ceriteranya lurus seadanya. Allah mengajar umat-Nya langkah demi langkah sesuai kemampuannya memahami kebenaran-Nya. Maka ingat nas yang ditelaah (terlebih dari Perjanjian Lama) belum tentu mengandung kata akhir Allah tentang pokok pesan dalamnya, lihat adanya kemungkinan bahwa telah direvisi atau bahkan dibatalkan oleh penyataan yang datang kemudian. Untuk menjaga ceritera wahyu alkitabiah lurus seadanya tidaklah perlu menguasai semua secara terinci sejarah Perjanjian Lama dan Baru. Mulailah mempelajari masa-masa utama sejarah alkitabih dan abad atau dekade masing-masing. Buat peta kronologi dan catat kejadian-kejadian dan tokoh-tokoh penting. Beri perhatian khusus korelasi tulisan para nabi dan rasul dengan setting dalam tulisan bersejarah dari Testamen (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru); penting dalam hal ini kitab Raja-raja dan Kisah Rasul. Misalnya tempatkan Amos dalam dekade akhir kerajaan Utara dan 1 Korintus dalam terang setting yang terdapat dalam Kisah 18.

2. Pisah yang lokal dari yang universal. Pisah yang mempunyai arti lokal yang terbatas pentingnya dalam sejarah dari yang mempunyai arti universal dengan menyelami dibawah permukaan kepada prinsip yang dinyatakan dalam nas yang bersangkutan. Contoh prinsip-prinsip yang mendasar dalam iman alkitabiah, yang dari struktur nyata kitab yang bersangkutan dan penekanan pernyataan yang telah dinyatakan dengan jelas dari penulis yang bersangkutan, adalah perlakuan-perlakuan dari kehendak tertinggi Allah untuk kemanusiaan atau ketentuan hidup dalam Kerajaan Allah, a.l.: Matius 5-7, Roma 12-24, 1 Korintus 13, Efesus 4:1-16, Kolose 3:12ff, Filipi 2, dan lain-lain. Dalam mengevaluasi nas dan tafsirannya kita harus:

· pilih yang pribadi di atas yang mekanikal,
· pilih kebebasan di atas keabsahan (legalism),
· pilih iman di atas perbuatan,
· pilih kasih di atas segala lainnya.

Tolak tafsiran yang menyarankan kekudusan yang tak mengasihi, tolak ajaran yang membuat hidup dengan Allah lebih bersifat mekanikal daripada pribadi, dan lain-lain yang tidak mencerminkan kepedulian mendasar alkitabiah.

3. Biarkan Yesus menjadi hakim. Dalam menentukan apakah sesuatu tindakan atau sikap yang dianjurkan nas tertentu mau diterapkan atau tidak dalam hidup orang Kristen, evaluasi dengan standar hidup Yesus dan Firman. Prinsip ini didukung oleh dua hal.

Pertama, Yesus jelas menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan dari semua pewahyuan; misalnya Ia secara berwibawa merevisi yang difirmankan melalui Musa (Markus 10:4 dst, Mat 5:21-48).
“Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."  Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu. Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu  Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah” (Mar 10:4-12) dst.

“Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.  Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” (Mat 5:21-24), dst. Mat 5:25-48.
Kedua, para rasul jelas menulis mengambil Yesus sebagai norma hidup dalam Kerajaan (misalnya Filipi 2)--bandingkan juga Maz. 139:21-22
“Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku” (Maz 139:21-22),
mengenai”membenci” dengan ajaran Yesus dan rasul dalam Matius 5 dan Roma 12. Mengenal perbaharuan yang difirmankan seperti contoh tersebut harus menjadi perhatian kita dalam memutuskan bagaimana menerapkan Firman dalam hidup kita. Biarkan Yesus menjadi hakim.

Hubungkan juga dengan ayat-ayat bandingan (rujukan) silang untuk ayat-ayat unit telaahan anda untuk menjelaskan lebih lanjut arti dari teks. Cari lebih dahulu dalam kitab yang sama, yaitu hubungan di dalam. Kemudian bandingkan dengan pernyataan dalam tulisan lain dari penulis yang sama, hubungan luar. Lalu dengan kitab lain dari Perjanjian yang sama, terakhir bandingkan rujukan dalam keseluruhan Alkitab. Gunakan Alkitab yang dilengkapi rujukan, atau konkordans, lihat kata-kata yang sama. Ayat-ayat rujukan atau bandingan tersebut bisa berupa ayat paralel, ilustratif, atau bertentangan (sepertinya ada kontradiksi, tetapi sebenarnya pendekatan dari sudut pandang lain). Tetapi ingat memeriksa dulu konteks dari ayat bandingan yang bersangkutan, supaya jangan keliru menafsir.

Terapkan terlebih dahulu prinsip-prinsip. Kenali prinsip-prinsip umum dan maknanya bagi hidup sekarang, baru periksa detailnya apakah dapat diberlakukan atau tidak untuk hidup sekarang. Dengan cara ini akan dapat ditemukan mana yang bersifat universal dan transkultural, mana yang lebih berlaku lokal pada budaya, waktu dan tempat di zaman itu. Kalaupun misalnya cara-cara ibadah yang disinggung dalam Matius 6 berbeda pelaksanaannya di tempat lain dengan budaya dan kebiasaan berbeda, namun prinsip umum yang diajarkan berlaku, yaitu bahwa ibadah kepada Allah dengan cara bagaimana pun harus dilakukan dengan tulus kepada Allah sendiri tanpa maksud untuk mengesankan orang atau Allah. Hanya ibadah sedemikian yang akan menerima upah.

Penerapannya hendaklah spesifik dan konkrit. Pemberlakuan prinsip umum tersebut dalam hidup kita haruslah diterapkan secara terinci sesuai budaya dan situasi kondisi setempat secara spesifik dan konkrit bersifat pribadi. Jika bingung mengetahui bagaimana mulai membawa kebenaran dari nas kepada keadaan sekarang, coba mulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Dosa apa yang harus saya akui sehubungan dengan nas ini?
2. Penegasan apa yang harus saya berikan dalam terang Firman ini--penegasan tentang Allah, Kristus, diri saya, orang lain, dunia ini? Adakah perintah untuk ditaati? Adakah janji yang dapat dituntut? Adakah teladan untuk diikuti? Adakah alasan untuk mengucap syukur atau memuji Tuhan?
3. Bagaimana nas ini menegaskan sesuatu yang baik yang telah ada karena anugerah Allah dalam hidup saya?
4. Perubahan apa yang harus saya lakukan dalam investasi saya mengenai waktu, uang, energi, atau sumber daya pribadi sehubungan dengan kebenaran nas ini?
5. Doa apa yang harus saya doakan bagi saya atau keluarga saya atau teman saya atau musuh saya dalam terang apa yang saya lihat dalam Firman?

Bawakan dalam doa dan renungan.

Kalau Yesus benar-benar Tuhan kita maka tidak ada segi kehidupan kita yang luput dari penerapan Firman-Nya. Tugas kita sebagai pengikut-Nya adalah menerapkan seluruh Firman-Nya pada seluruh hidup kita.

Meskipun ada macam-macam cara atau metoda PA, namun ingatlah: di mata Tuhan bukan caranya yang penting tetapi orangnya. Cara yang baik dapat membantu seorang mengerti Alkitab. Tetapi hanya kalau ia datang dengan hati terbuka dan bersedia dipimpin oleh Roh Kudus. Seperti kata Martin Luther: ”Kita tidak dapat mengerti Alkitab hanya dengan kepandaian otak saja. Tugas pertama adalah berdoa. Mintalah pada Tuhan supaya dari kasih-Nya yang besar anda diberikan pengertian yang benar. Tidak ada yang dapat menguraikan Firman Allah lebih baik daripada Pengarangnya Sendiri”.
IMS 100924

Thursday, September 23, 2010

IV. CARA MENELAAH ALKITAB--PA Pribadi (3)

B. Penafsiran

Setelah menemukan hubungan struktural pada tahap pengamatan tersebut di atas, selidiki lebih lajut hubungan struktural yang ditemukan. Periksa dengan pertanyaan-pertanyaan yang terfokus pada strukturnya sendiri dan pada materi tertentu seperti disusun oleh penulis. Kenapa disusun demikian, apa maksudnya, dan lain-lain. Matius 5, misalnya, dibangun dengan struktur partikularisasi, dimulai dengan pernyataan umum Yesus (5:17-20) diikuti dengan enam pernyataan spesifik (5:21-48).
Apa sebenarnya arti pernyataan umum tentang penggenapan hukum Taurat
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Mat 5:17)
dan kebenaran hidup keagamaan melebihi ahli Taurat dan Farisi?
“Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat 5:20).
Apa arti dari partikularisasi yang bersangkutan¾marah terhadap saudara dan mengatakan “Kafir!” atau “Jahil!”
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala” (Mat 5:22),
memandang dengan penuh gairah
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat 5:28),
perceraian dan perzinahan
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah” (Mat 5:32),
sama sekali tidak bersumpah
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah” (Mat 5:34),
tidak melawan kejahatan,
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Mat 5:39).
dan mengasihi musuhmu
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44)?
Apa yang Yesus dan Matius maksudkan sebenarnya dengan setiap ini? Kenapa pernyataan umum ini jadi fokus utama pertama setelah pengantar ke amanat ini seperti dicatat oleh Matius? Kenapa ini dijelaskan terperinci dengan contoh-contoh tersebut? Bagaimana setiap paragraf lebih spesifik tersebut memberi arti pada konsep penggenapan hukum dan hidup keagamaan benar melebihi ahli Taurat dan Farisi? Apa implikasi dari semuanya ini?

Hubungan struktural menunjukkan bagaimana penulis menyusun bahan tulisannya, jadi, menunjukkan jalan pikirannya. Dengan menganalisa ini (tanya-jawab) kita tau apa arti atau apa yang penulis maksud mau katakan kepada pembaca semula.

Cari pengertian yang terimplikasi atau tersirat dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan dan terus ajukan pertanyaan dengan sikap kritis.

Bedakan fakta-fakta langsung dari tidak langsung. Perlu kemampuan membaca yang lebih tinggi untuk melihat pernyataan yang tidak langsung. Membayangkan hal-hal dibalik fakta-fakta yang ada sangatlah perlu. Fakta-fakta itu memang sudah cukup jelas dipermukaan (pengamatan awal), akan tetapi diperlukan pemikiran yang mendalam dan imajinatif untuk melihat kebenaran tak langsung, yang tersembunyi dibawah permukaan. Proyeksikan diri kita ke dalam situasi yang digambarkan di dalam teks agar imajinasi kita menjadi aktif untuk membayangkan realitanya lebih dalam.

Pada tahap ini kita berupaya untuk memahami apa yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca pada zamannya. Sasaran penafsiran adalah memperoleh inti berita dari perikop itu. Apakah tema utama perikop ini? Semua tulisan yang baik akan berisi suatu fokus penekanan. Tetaplah berdoa. Roh Kudus pasti menolong kita untuk mengerti dan menemukan kebenaran yang baru.

Analisalah kata-kata dan kalimat-kalimat kunci. Lihat juga perikop yang paralel sebagai pelengkap fakta dan penjelasan. Amati konteks luasnya. Apa yang terjadi sebelum dan sesudah teks yang akan mempengaruhi penafsiran berdasarkan pengamatan yang kita lakukan. Evaluasi dan hubungkan kembali fakta-faktanya. Bandingkan dengan buku-buku tafsiran yang baik jika ditemui hal-hal yang sulit. Tetapi lakukan ini setelah anda melakukan penyelidikan sendiri semaksimalnya.

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawabannya adalah jembatan yang menghubungkan apa yang penulis katakan (pengamatan) dan pemahaman apa yang dimaksudnya (penafsiran). Kuasai pertanyaan-pertanyaan standar: “Siapa? Apa? Dimana? Kapan? Kenapa? Bagaimana?”

Pelajari kumpulan atau perangkat tipe pertanyaan yang perlu ditanyakan (lihat halaman 4 Bab I dan halaman 8 Bab III). Ajukan pada setiap hal penting atau utama yang diamati dalam teks. Beri perhatian pada jenis informasi yang anda mau cari melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Pertanyaan standar paling penting di antaranya adalah yang berikut:
a. Pertanyaan untuk memperoleh definisi: Siapa atau apa ini? Apa arti atau pentingnya ini?
b. Pertanyaan untuk mengetahui alasan: Kenapa ini demikian? Apa maksudnya?
c. Pertanyaan untuk memahami cara: Bagaimana ini dilakukan?
d. Pertanyaan untuk menyelidiki implikasi dan asumsi: Apa yang dimaksudkan dengan ini? Apa yang diasumsi (dimisalkannya)?
e. Pertanyaan lain tentang tempat, dan waktu, dan lainnya jika beralasan.

Tulis pertanyaan-pertanyaan tersebut (dalam daftar lembaran catatan dimaksud di atas) untuk rujukan. Sesuaikan (tulis ulang) pertanyaan standar di atas dengan hal spesifik yang ditelaah. Catat sebanyak mungkin pertanyaan dari sebanyak mungkin sudut pandang (pertama pembaca, kemudian masing-masing tokoh atau kumpulan orang-orang yang terlibat, termasuk Allah, Kristus, dan Roh Kudus) mengenai unit nas telaahan. Dengan menanyakan saja, sudah mempertajam persepsi anda tentang dalamnya dan lebarnya nas telaahan. Jawabannya akan memberi anda pemahaman.

Tangani hal-hal mayor lebih dahulu, rinciannya hanya bila terkait dengan keseluruhannya. Umumnya ini berarti memfokuskan pertanyaan terlebih dahulu pada materi yang sudah tampak dari pengamatan terdahulu sebagaimana tersusun atau terstruktur oleh penulisnya menjadi satu kesatuan yang utuh, yang memberi sumbangan menyeluruh pada makna unit dan penekanan penulisnya sendiri.

Jadi, berarti terlebih dahulu memfokuskan pertanyaan pada struktur. Selidikilah temuan ini memakai “alat kerja” pertanyaan standar. Lalu cari jawabannya semampunya. Ajukan pertanyaan mengenai definisi, sekitar aspek (segi, sisi) utama dari hubungan utama, serta definisi istilah-istilah utama. Dengan dituntun oleh struktur ajukan pertanyaan mengenai alasan, alasan penulis seputar aspek utama hubungan utama, serta penempatannya dalam unit telaahan. Lalu ajukan pertanyaan untuk implikasi, implikasi menyangkut aspek utama. Selesai ini lanjutkan dengan pertanyaan menyangkut tempat, waktu, dan lainnya. Perhatikan urutannya (namun jangan kaku): pertama definisi (siapa, apa), kemudian alasan (kenapa), cara (bagaimana), implikasi (apa), dan pertanyaan-pertanyaan lain (kapan, di mana, dst). Mulailah dengan definisi, pertanyan siapa dan apa.

Temukan jawaban-jawaban:

1. Dalam konteks. Pertanyaan mengenai geografi, sejarah, dan budaya, dan definisi dapat diperoleh dari kamus, peta, dan ensiklopedi Alkitab, tetapi hanya setelah tidak menemukannya dalam konteks. Banyak pertanyaan penting dapat dijawab dengan memuaskan dari konteks dekat, atau konteks lebih luas dari keseluruhan kitab atau nas terkait dalam kitab lainnya. Pakai konkordans untuk menemukan ayat-ayat rujukan atau bandingan silang dan paralel, yang menjadi konteks perikop.

2. Dalam istilah-istilah utama. Hampir selalu pertanyaan definisi akan melibatkan pengenalan dan pemahaman istilah-istilah utama dari unit. Dapat ditemukan dalam kamus dan ensiklopedi Alkitab, dan dalam konkordansi. Tetapi banyak pula arti istilah yang lebih baik diperoleh dari penggunaannya seperti dapat ditemukan dimana-mana dalam Alkitab (metoda penelaahan kata). Periksa istilah Yunani dan Ibrani untuk memastikan bahwa anda menelaah kata tunggal bukan kata-kata berbeda yang diterjemahkan dengan satu kata yang sama. Lihat dalam konkordans.

Periksa-uji jawaban-jawaban anda:

1. Bentuk dan arti kata. Jawaban yang layak harus sesuai dengan bentuk dan arti yang diamati (berdasar etimologi dan terutama pemakaiannya) dari kata atau ekspresi dalam konteksnya. Misalnya arti dan penggunaan kata “diselamatkan” dalam Efesus 2:8
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Eph 2:8),
(sekarang sudah selamat, present tense) dibandingkan dengan 1 Korintus 1:18
“Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” (1Kor 1:18)
(proses keselamatan) dan Roma 8:18-25
“Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun” (Roma 8:18-25)
(penggenapan karya penyelamatan Allah yang akan datang), bahwa dalam Efesus Paulus menyatakan bahwa keselamatan itu sudah terlaksana sekarang karena kasih karunia semata; penggunaannya dalam konteks Efesus 2 di sini juga konsisten dengan di tempat lain.

2. Konteks. Penafsiran suatu teks harus sesuai dengan alur pemikiran dalam konteks. Perhatikan 1 Korintus 2:9,
“Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor 2:9)
sebagaimana dapat diikuti dari alur pikiran dalam konteksnya, yaitu ayat 1-5, 6-7, 8, 10, dan 2:11-3:4,
“Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.  Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah (1Kor 2:1-5),
“Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan  Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita” (1Kor 2:6-7).
“Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia” (1Kor 2:8),
“Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (1Kor 2:10),
“Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.  Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Kristus” (1Kor 2:11-16),
“Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?  Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?” (1Kor 2:11-3:4)
jelas bahwa pengutipan Yesaya 64:4
“Tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia; hanya Engkau yang berbuat demikian” (Yes 64:4).
dalam hal ini oleh Paulus bukan hendak bicara tentang apa yang tidak kita ketahui, tetapi sebaliknya menegaskan apa yang kita ketahui, yaitu seperti diberitahukan oleh Roh Kudus; jika dari kita sendiri tanpa pertolongan Roh Kudus tak akan mampu menangkap hikmat Allah.

3. Maksud penulis. Makna suatu nas harus sesuai dengan maksud penulis, sejauh dapat ditentukan. Dalam 1 Yohanes 3:16-17
“Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” (1Yoh 3:16-17)
Yohanes mengajarkan kasih di antara sesama orang percaya. Tetapi jika dalam menafsir membatasinya hanya di antara sesama masyarakat Kristen saja akan sangat keliru, tidak sesuai dengan roh tulisan Yohanes lainnya dalam kitab yang sama, 
“Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1Yoh 2:2).
dan
“Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. 19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1Yoh 4:10, 19).
Bahkan pada awal tulisannya dalam ayat 2:1
“Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil” (1Yoh 2:1).
dinyatakan supaya jangan berbuat dosa.

4. Lingkungan sejarah. Lingkungan budaya para penulis berbeda nyata dari kita. Arti suatu nas harus cocok dengan lingkungan sejarahnya.

5. Kearifan rohaniah. Kemampuan untuk membedakan kebenaran dalam penafsiran, yang melampaui data dan bukti tentang intuisi yang lahir dari Roh Allah.

6. Akal sehat. Berpegang pada arti jelas suatu teks dan menolak arti tersembunyi atau tersamar. Perkataan Yesus tentang “biji sesawi” dalam
“Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi” (Mar 4:31)
jangan ditafsirkan terlalu jauh secara teknis berlebihan berdasarkan ilmu biologi atau botani misalnya; hasilnya akan ngawur keterlaluan.
7. Pengalaman. Harus serasi dengan hidup seperti yang kita alami. Pernyataan Yesus dalam 
“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh 5:7)
jangan ditafsirkan sebagai janji tanpa syarat bagi jawaban positif atas doa. Dari pengalaman Yohanes sendiri dan para rasul dan tokoh-tokoh gereja dapat ditarik kesimpulan bahwa syaratnya adalah implisit.
IMS 100913

IV. CARA MENELAAH ALKITAB--PA Pribadi (2)

A. Pengamatan

Untuk menjawab pertanyaan dasar pertama, “Apa sebenarnya yang penulis ingin katakan kepada pembaca semula?” periksalah dengan cermat apa yang ia tulis. Maka langkah pertama PA adalah pengamatan. Ada dua hal yang harus dilihat. Pertama lihat apa yang ada di sana (apa yang dikatakannya), ini masalah isi. Tentang apakah sebenarnya kitab atau segmen (penggalan) yang ditelaah: tentang dosakah atau anugerah, doakah atau iman, Abrahamkah atau Daud, atau tentang penciptaankah atau kedatangan kedua kali? Hal isi mengamati apa yang dikatakan. Kedua, lihat bagaimana apa yang ada tersebut ada di sana (bagaimana ia mengatakannya); ini masalah struktur, rancang bangun komposisi bagaimana unsur-unsurnya tersusun dan terkait satu sama lain. Jadi, mulailah melihat apa ada di sana dan bagaimana tersusun.

Telaahlah selalu dalam satuan-satuan (unit) sebagai satu kesatuan utuh menyeluruh; anda akan mulai melihat melalui mata si penulis, yang juga menulisnya dalam urutan satuan-satuan kecil. Setiap bagian harus dipahami dalam terang keseluruhan--misalnya satu kitab lengkap atau satu penggalan (segmen) kitab yang mau ditelaah. Karena satu pasal tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan pasal lain dalam kitab yang sama. Arahkan melihat kitab sebagai suatu keseluruhan seutuhnya. Paling jauh lihat pasal-pasal sebagai kumpulan paragraf-paragraf yang berkaitan, yang pokok-pokok utamanya selengkapnya membentuk satu pengertian cerdas. Beri perhatian pada ayat-ayat tersendiri hanya sebagaimana anda melihatnya dalam terang paragraf dan pasal yang bersangkutan. Dengan perkataan lain telaahlah selalu dalam konteks. (gunakanlah Alkitab yang dicetak dalam satuan paragraf dari pada dalam satuan ayat berdiri sendiri, misalnya Alkitab Terjemahan Baru (TB) @ 1974 terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta).

Membaca dalam satuan-satuan dilakukan dengan dua “lensa telaah” yang berbeda secara berurutan. Mula-mula memakai lensa “sudut lebar” untuk mendapatkan gambaran besarnya. Kemudian lensa “tilik dekat” untuk memeriksa secermatnya bagian-bagian yang membentuk gambaran besar tadi. Terakhir kembali dengan lensa “sudut lebar” untuk melihat unit sebagai suatu panorama, sekarang dengan pemahaman lebih dalam setelah pemeriksaan terinci bagian-bagiannya.

1. Periksa apa yang ada disana: isi--memakai lensa sudut lebar. Lakukan hal-hal berikut untuk melihat apa yang sebenarnya ada dalam unit yang ditelaah:

1. Survei atau tinjau unit atau perikop yang mau ditelaah. Baca sekali gus dengan cepat dalam sekali baca kitab atau seperangkat pasal yang mau ditelaah tersebut untuk mendapat suatu ringkasan gambaran umum. Baca perikop secara ini beberapa kali untuk mengamati para pelaku, tempat, dan tema penting yang bermakna menyeluruh. Catat (pena & kertas!) untuk penelaahan lebih lanjut.

2. Beri judul setiap pasal/paragraf. Pada salah satu pembacaan survei di atas beri judul setiap pasal, juga setiap paragraf jika kitabnya lima-enam pasal atau kurang. Gunakan imaginasi, judul singkat, cukup 1 – 5 kata yang padat informasi. Buat yang mudah diingat. Judul-judul tersebut menjadi pegangan atas keseluruhan kitab atau segmen.

3. Catat proporsi dan rasakan suasana. Catat berapa banyak ruang diberikan kepada setiap unsur utama dalam unit, dan perubahan suasana emosional kalau ada.

4. Amati bentuk sastera. Apakah bentuk prosa atau puisi. Apakah narasi sejarah atau biografi atau kejadian, hukum, nubuat, kidung, doa, pepatah, perumpamaan, surat atau essai.

5. Buat gambaran unit. Berupa daftar (lihat contoh hal. 36-37) yang memuat judul-judul pasal/paragraf yang bersangkutan; informasi lain hasil pengamatan: waktu, tempat, pelaku utama, dan lainnya, yang ditempatkan di bawah masing-masing judul.

Demikian melihat apa yang ada di sana dan melakukannya dalam satuan-satuan. Perlu disadari bahwa kita bukanlah pengamat yang sebaik yang kita anggap. Kadang kala kita sudah melihat tetapi tidak tahu apa yang sesungguhnya telah kita lihat. Itu sebabnya betapa pentingnya untuk melihat dan terus melihat sampai akhirnya kita mencatat semua detailnya. Berikutnya adalah pengamatan lanjutan, melihat struktur.


2. Periksa rancang bangun: hubungan--memakai lensa tilik dekat. Bagaimana penulis merancang bangun sesuatu unit alkitabiah mulai, berlanjut dan berakhir, bagaimana ia mengembangkan tema, mengajukan pertanyaan dan jawaban, menyajikan sebab, akibat, puncak, penentangan, dan pembandingan, adalah pilihan terilham penulis yang muncul dari tujuan penulisan masing-masing (menurut hukum-hukum komposisi (karangan) yang biasanya digunakan oleh para penulis yang baik; bukanlah ada secara kebetulan). Menemukan rancang bangun tersebut (struktur sastra) menjadi tugas si pembaca/penelaah, yang akan semakin berpikir mengikuti alur pikiran si penulis.

Bahwa para penulis Alkitab membangun tulisan mereka dengan rancang bangun yang timbul dari tujuan masing-masing adalah jelas dalam penyajian penulis Injil tentang Yesus. Ke empat penginjil memulai ceritanya dengan empat cara berbeda: Matius dengan silsilah dan narasi masa menjadi bayi melalui mata Yusuf, Markus dengan pelayanan Yohanes dan pembaptisan Yesus (tanpa merujuk kelahiran masing-masing), Lukas dengan kelahiran Yohanes dan Yesus dan masa remaja Yesus, dan Yohanes dengan prolog mengenalkan Yesus sebagai Firman menjadi daging. Yohanes jelas mengatakan ia memilih (dan agaknya juga menyusun) bahan-bahannya berdasarkan tujuan keseluruhan
“Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya”  (Yoh. 20:30-31).
Perbedaan-perbedaan ini adalah semata-mata pilihan terilham, bukan kebetulan.
Maka ikuti saran dibawah ini:

1. Pelajari dan kenalilah hubungan struktural dasar. Mulailah belajar kenal bagaimana para penulis terlatih menggunakan alat-alat standar komposisi (hubungan dasar) berikut ini dalam membangun berbagai bagian komposisinya.

a. Hubungan sebab-akibat. Dalam Yoh. 3:16
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).
kasih Allah adalah sebab; mengutus Anak adalah akibat. Dalam konteks sama percaya dan tidak percaya adalah sebab yang bertentangan, masing-masing dengan akibat sendiri. Kadang-kadang akibat mendahului, diikuti oleh sebab atau akibat-sebab seperti Rom. 1:16
“aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil (akibat), karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (sebab) (Rom. 1:16)
Yang satu merupakan konsekwensi dari yang lain; kata petunjuk: karena, sebab, sehingga, maka.

b. Puncak. Pemaparan secara progresif, suatu urutan kejadian atau ide bergerak dalam penguatan perasaan menuju suatu puncak, memberikan proporsi ruang yang lebih besar pada orang-orang atau gagasan-gagasan kunci; menggunakan kata-kata seperti: apalagi, pandanglah, perhatikanlah, sesungguhnya, aku berkata kepadamu. Demikian kitab Hosea mulai dengan persamaan utama yang menggambarkan kasih Allah dalam pernikahan Hosea (Hosea 1-3). Tetapi kemudian kembali dalam pasal 6 (Dilema Kasih Allah) dan pasal 11 (Sejarah Kasih Allah) pokok bahasan kasih Yahweh muncul kembali, bergerak dengan semakin mendesak ke Undangan Kasih yang memuncak tak terduga dalam pasal penutup (Hosea 14). Kitab penghakiman ini dirancang untuk berakhir dalam puncak kasih ilahi.

c. Pembandingan. Membandingkannya dengan hal-hal atau cara-cara yang mirip; kata petunjuk: seperti, sebagaimana.
“Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Maz. 103:13),
rasa kasihan Tuhan kepada mereka yang takut pada-Nya diterangi dengan pembandingan pada sikap seorang ayah terhadap anak-anaknya¾itulah macam hati Allah.; Hos. 1-3, lihat di atas;
“dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami “ (Mat. 6:12),
pembandingan apa ada dalam doa “Bapa Kami”?

d. Penentangan. Mempertentangkan hal-hal yang tidak sama tetapi dalam satu kategori; kata petunjuk: tetapi, walaupun, namun,. sekalipun, biarpun, meskipun. Periksa dalam Yoh. 3:16; Rom. 6:23; Yunus 4.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal “ (Yoh. 3:16);
“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rom. 6:23);
e. Titik balik. Suatu perubahan atau pembalikan arah di tengah tulisan. Kitab 2 Samuel dirancang demikian, dengan titik balik jelas ditempatkan dalam pasal 11. Lihat 11:27b.
“Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN” (2Sam 11:27).
Sampai titik ini penulis memaparkan kejayaan Daud, dari titik itu kemundurannya, dan pada titik itu biang dari pembalikan¾ dosa Daud dengan Batsyeba dan sikap Allah terhadapnya.

f. Generalisasi/partikularisasi. Dari pernyataan spesifik ke uraian lebih umum mengenai pokok bahasan sama adalah generalisasi. Kebalikannya bergerak dari pernyataan umum ke yang lebih terbatas adalah partikularisasi. Demikian Mat. 5:17-48 dibangun dengan partikularisasi. Lihat juga Matius 6:1
"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga” (Mat 6:1).
g. Pendahuluan. Bagian yang menyiapkan jalan untuk penyajian bagian berikutnya, menjelaskan artinya pada bagian akhir. Demikian rangkaian dramatik pidato dalam kitab Ayub diantar oleh pasal 1 dan 2 yang menekankan kekayaan dan kesalehan Ayub dan asal usul penyakitnya dalam kebaikannya dari pada dalam sesuatu dosa.

h. Tanya-jawab (pemecahan masalah). Banyak nas alkitab dibangun dengan penyajian pertanyaan dengan jawabannya atau suatu masalah dengan pemecahannya. Demikian Kitab Keluaran dibangun secara ini. Masalah disajikan dalam pasal 1-5 yang pemecahan Allah atasnya adalah wabah penyakit, keluaran (exodus), perjanjian, dan tabernakel. Contoh lain Mark. 7 dan Mat. 24.

i. Pengulangan. Pengulangan kata, frasa, gagasan, tema, struktur, atau unsur lain, baik pengulangan yang sama atau sedikit diubah. Pengulangan digunakan untuk mengembangkan tekanan dan motif dalam suatu unit dan adalah satu dari alat paling banyak dipakai membangun bahan-bahan alkitabiah. Lihat Amos 1:3-2:8.
Perhatikan juga hal-hal berikut:

j. Ciri bentuk tata bahasa. Kecenderungan pikiran melalui tenses kata kerja, bentuk-bentuk pasif, aktif, tunggal, jamak, anak kalimat, dan sebagainya. Semua itu sangat mempengaruhi penafsiran.

k. Kata-kata yang menunjukkan peralihan pikiran, a.l.
· dan, maka, seperti, terlebih: menghubungkan atau memperluas dua atau lebih gagasan atau aksi yang sama.
· sementara itu, ketika, pada waktu itu: menunjukkan kejadian yang terjadi secara bersamaan.
· oleh sebab itu, oleh karena itu, maka: menunjukkan suatu hasil atau kesimpulan.
· jika .... maka: menunjukkan kondisi prasyarat dan hasilnya.

2. Temukan rancang bangun. Dengan pemahaman alat-alat sastra tersebut di atas baca lerbih lambat atau cermat nas perikop yang ditelaah dengan memperhatikan struktur dalam pikiran, baik unit besar maupun kecil. Hubungan ini mudah dilihat pada unit kecil seperti frasa dan anak kalimat. Cari sampai ketemu rancang bangunnya, sebelum maju ke tahap penafsiran.
IMS 100913

PA PRIBADI (19)

Ulangan 22:23-29                 Epistel Minggu 26 September 2010

HUKUMAN MATI BAGI PEZINAH DAN PEMERKOSA
Hukuman Setimpal Maksimal bagi Pelaku KDRT

Epistel Minggu 17 setelah TRINITATIS 26/09/2010
Evangelium Yoh 8:1-11 “Perempuan yang berzinah”
Tema: KDRT – ISUE JENDER

23 Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan--jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, 24 maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. 25 Tetapi jikalau di padang laki-laki itu bertemu dengan gadis yang telah bertunangan itu, memaksa gadis itu tidur dengan dia, maka hanyalah laki-laki yang tidur dengan gadis itu yang harus mati, 26 tetapi gadis itu janganlah kauapa-apakan. Gadis itu tidak ada dosanya yang sepadan dengan hukuman mati, sebab perkara ini sama dengan perkara seseorang yang menyerang sesamanya manusia dan membunuhnya. 27 Sebab laki-laki itu bertemu dengan dia di padang; walaupun gadis yang bertunangan itu berteriak-teriak, tetapi tidak ada yang datang menolongnya.

28 Apabila seseorang bertemu dengan seorang gadis, yang masih perawan dan belum bertunangan, memaksa gadis itu tidur dengan dia, dan keduanya kedapatan-- 29 maka haruslah laki-laki yang sudah tidur dengan gadis itu memberikan lima puluh syikal perak kepada ayah gadis itu, dan gadis itu haruslah menjadi isterinya, sebab laki-laki itu telah memperkosa dia; selama hidupnya tidak boleh laki-laki itu menyuruh dia pergi.

Tentang: Dosa seksual

Hukuman Mati bagi Pezinah dan Pemerkosa 
(23-29)

Gadis Perawan Telah Bertunangan
(23-27)

Gadis Perawan Belum Bertunangan
(28-29)

Tokoh:
Musa

Musa
Tempat/waktu:
Pinggir Timur Sungai Yordan yang berhadapan dengan  Kamaan, 1407/6 SM

idem
Proporsi:
Persetubuhan sukarela dan paksa

persetubuhan paksa

Bentuk sastra:
narasi hukum dan peraturan


idem
Pokok bahasan:
Meniduri gadis perawan yang telah bertunangan

Meniduri gadis perawan yang belum bertunangan
Ringkasan isi: 
Hukuman atas persetubuhan di luar nikah, dalam hal si wanita sudah punya akad nikah (23-27)
1. Hukuman mati bagi ke dua pezinah, karena si gadis sudah bertunangan tidak minta tolong, pada hal terjadi di kota (23-24)
2. Hukuman mati hanya bagi pemerkosa gadis perawan yang telah bertunangan, karena kejadian di padang di luar kota, ia berteriak pun tak ada yang menolong (25-27)

Hukuman atas persetubuhan di luar nikah, dalam hal si wanita belum punya akad nikah  (28-29)
1. Hukuman bagi pemerkosa harus memperistri si gadis seumur hidupnya dan membayar 50 syikal kepada ayah si gadis, karena si gadis masih perawan dan belum bertunangan (28-29)

Ayat kunci utama: Ulangan 22:24
24 maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.

Pokok pikiran/tema utama:
Berzinah atau memperkosa adalah perbuatan jahat, yang harus diganjar setimpal semaksimalnya dengan hukuman mati.

Istilah penting: memaksa, tidur, memperkosa, jahat

Ciri khas: ---

Hubungan struktural utama: sebab-akibatApabila seorang laki-laki meniduri gadis yang masih perawan yang telah bertunangan, sehingga terjadi perzinahan, maka ke-duanya dilempari batu sampai mati (23-24). Tetapi apabila yang terjadi adalah pemerkosaan, ia menidurinya secara paksa, maka yang dilempari batu sampai mati hanya si lelaki (25-27). Apabila ia merniduri dengan paksa gadis perawan yang belum bertunangan, maka ia harus memperisterinya selama hidupnya dan membayar lima puluh syikal kepada ayah si gadis (28-29).

Ayat paralel:
ay 28-29: Kel 22:16-17   Apabila seseorang membujuk seorang anak perawan yang belum bertunangan, dan tidur dengan dia, maka haruslah ia mengambilnya menjadi isterinya dengan membayar mas kawin. 17 Jika ayah perempuan itu sungguh-sungguh menolak memberikannya kepadanya, maka ia harus juga membayar perak itu sepenuhnya, sebanyak mas kawin anak perawan.

Ayat Konteks:
Ul 4:44-28:68 . . . Principles for Godly Living –hidup kudus
Ul 21-26 . . . Laws for human relationships –hubungan antar manusia
Ul 22:13-30 . . . Marriage Violations –KDRT

LIVE APPLICATION BIBLE—New International Version p. 310
22:13-30  Why did God include all these laws about sexual sins? Instructions about sexual behavior would have been vital for three million people on a 40-year camping trip. But they would be equally important when they entered the promised land and settled down as a nation. Paul, in Col 3:5-8, recognizes the importance of strong rules about sex for believers because sexual sins have the power to disrupt and destroy the church. Sins involving sex are not innocent dabbling in forbidden pleasures, as is so often portrayed, but powerful destroyers of relationships. They confuse and tear down the climate of respect, trust, and credibility so essential for solid marriages and secure children.

Dosa seksual … Kol 3:5-8  Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, 6 semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). 7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. 8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.

Memperkosa:
2 Sam 13:12 … Tetapi gadis itu berkata kepadanya: "Tidak kakakku, jangan perkosa aku, sebab orang tidak berlaku seperti itu di Israel. Janganlah berbuat noda seperti itu.

2Sam 13:20  Bertanyalah Absalom, kakaknya, kepadanya: "Apakah Amnon, kakakmu itu, bersetubuh dengan engkau? Maka sekarang, adikku, diamlah saja, bukankah ia kakakmu, janganlah begitu memikirkan perkara itu." Lalu Tamar tinggal di rumah Absalom, kakaknya itu, seorang diri.

2Sam 13:22  Dan Absalom tidak berkata-kata dengan Amnon, baik tentang yang jahat maupun tentang yang baik, tetapi Absalom membenci Amnon, sebab ia telah memperkosa Tamar, adiknya.

Yeh 22:11  Yang satu melakukan kekejian dengan isteri sesamanya dan yang lain menajiskan menantunya perempuan dengan perbuatan mesum, orang lain lagi memperkosa saudaranya perempuan, anak kandung ayahnya.

Kej 34:7  Sementara itu anak-anak Yakub pulang dari padang, dan sesudah mendengar peristiwa itu orang-orang ini sakit hati dan sangat marah karena Sikhem telah berbuat noda di antara orang Israel dengan memperkosa anak perempuan Yakub, sebab yang demikian itu tidak patut dilakukan.

Ay 23 gadis perawan yang terlah bertunangan … Im 19:20-22   Apabila seorang laki-laki bersetubuh dengan seorang perempuan, yakni seorang budak perempuan yang ada di bawah kuasa laki-laki lain, tetapi yang tidak pernah ditebus dan tidak juga diberi surat tanda merdeka, maka perbuatan itu haruslah dihukum; tetapi janganlah keduanya dihukum mati, karena perempuan itu belum dimerdekakan. 21 Laki-laki itu harus membawa tebusan salahnya kepada TUHAN ke pintu Kemah Pertemuan, yakni seekor domba jantan sebagai korban penebus salah. 22 Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu dengan domba jantan korban penebus salah di hadapan TUHAN, karena dosa yang telah diperbuatnya, sehingga ia beroleh pengampunan dari dosanya itu.

Sexual perversion, judgment upon:
Death … Im 20:13-16   Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. 14 Bila seorang laki-laki mengambil seorang perempuan dan ibunya, itu suatu perbuatan mesum; ia dan kedua perempuan itu harus dibakar, supaya jangan ada perbuatan mesum di tengah-tengah kamu. 15 Bila seorang laki-laki berkelamin dengan seekor binatang, pastilah ia dihukum mati, dan binatang itupun harus kamu bunuh juga. 16 Bila seorang perempuan menghampiri binatang apapun untuk berkelamin, haruslah kaubunuh perempuan dan binatang itu; mereka pasti dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. >> melakukan dosa seksual apapun ganjarannya hukuman mati! = penyembahan berhala

Penyataan Kristus: Maha adil

PENAFSIRAN
Hal-hal utama
:
a. Istilah utama: tidur (di luar nikah, dpl KDRT)

b. Hubungan utama: sebab-akibat*Apabila seorang laki-laki meniduri gadis yang masih perawan yang telah bertunangan, sehingga terjadi perzinahan, maka ke-duanya dilempari batu sampai mati (23-24). Tetapi apabila yang terjadi adalah pemerkosaan, ia menidurinya secara paksa, maka yang dilempari batu sampai mati hanya si lelaki (25-27). Apabila ia merniduri dengan paksa gadis perawan yang belum bertunangan, maka ia harus memperisterinya selama hidupnya dan membayar lima puluh syikal kepada ayah si gadis (28-29). > *) dhi hubungan kondisi prasyarat-hasil (jika … maka).

-- Aspek utama: siapa yang jadi korban KDRT (ada 3 kasus KDRT dg korban berbeda: 1. calon suami, 2. si gadis + tunangannya, 3. si gadis + orang tua; >> demi pemeliharaan kerukunan hubungan antar manusia > persatuan umat atau penegakan kekudusan ikatan perkawinan > persetubuhan di luar pernikahan adalah perbuatan jahat >penghapusan yang jahat dari tengah persekutuan > ganjaran hukuman paling berat)

c. Tema utama/pokok pikiran utama:
Berzinah ataupun memperkosa adalah perbuatan jahat, yang harus diganjar dengan hukuman setimpal beratnya, semaksimalnya hukuman mati.

Tanya jawab penafsiran:
Definisi
1) Apakah yang dimaksud dengan “tidur” dalam: “seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia” (ay 23), “laki-laki itu bertemu dengan gadis yang telah bertunangan itu, memaksa gadis itu tidur dengan dia” (ay 25), dan “seseorang bertemu dengan seorang gadis, yang masih perawan dan belum bertunangan, memaksa gadis itu tidur dengan dia” (ay 28)?
     -- tidur dengan dia = bersetubuh; dhi persetubuhan di luar nikah, bukan antara suami-isteri
     -- ay 23 secara suka rela, yi perzinahan, 
     -- ay 25 dan ay 28 secara paksa, yi perkosaan

2) Siapakah yang menjadi korban dalam masing-masing kasus? 
     -- ay 23 calon suami si gadis
     -- ay 25 si gadis dan calon suaminya
     -- ay 28 si gadis dan orang tuanya

Alasan
3) Kenapa perbuatan “tidur” tersebut terjadi? 
     -- yang bersangkutan, yi yang mengiakan (ay 23) dan yang memaksa (ay 25 dan ay 28), tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya sedemikian sehingga melakukan pelanggarakan hukum

4) Kenapa orang lain selain si gadis juga menjadi korban?
     -- ay 23 dan ay 25 terjadi pelanggaran akad nikah, maka pasangan dalam akad nikah tersebut menjadi korban
     -- ay 28 si orang tua menjadi korban, karena peristiwa itu merusak masa depan anak gadisnya dan membawa aib dalam keluarga

Cara
5) Bagaimana perbuatan “tidur” tersebut bisa terjadi?
     -- ay 23 si gadis tanpa pikir panjang mau dan setuju menerima ajakan si pria
     -- ay 25 dan ay 28 si gadis dipaksa dan tidak mampu menolak atau melawan, juga keadaan tak memungkinkan teriakannya minta tolong didengar orang

6) Bagaimana ada orang lain di luar si gadis menjadi korban?
     -- ay 23 dan ay 25 si gadis perawan sudah bertunangan
     -- ay 28 si gadis masih berada dalam asuhan orang tuanya, pihak yang berhak menerima mas kawin

Implikasi
7) Apa yang tersirat dari ke tiga peristiwa “tidur” tersebut? 
     --  yang terjadi adalah pelakuan dosa seksual, dhi dilakukan oleh wanita dan atau pria, yi perzinahan atau perkosaan, bisa menjadi penyebab yang sangat kuat merusak kerukunan hubungan antar manusia
Lihat juga: Kej 34:7  Sementara itu anak-anak Yakub pulang dari padang, dan sesudah mendengar peristiwa itu orang-orang ini sakit hati dan sangat marah karena Sikhem telah berbuat noda di antara orang Israel dengan memperkosa anak perempuan Yakub, sebab yang demikian itu tidak patut dilakukan

Im 19:20-22   Apabila seorang laki-laki bersetubuh dengan seorang perempuan, yakni seorang budak perempuan yang ada di bawah kuasa laki-laki lain, tetapi yang tidak pernah ditebus dan tidak juga diberi surat tanda merdeka, maka perbuatan itu haruslah dihukum; tetapi janganlah keduanya dihukum mati, karena perempuan itu belum dimerdekakan. 21 Laki-laki itu harus membawa tebusan salahnya kepada TUHAN ke pintu Kemah Pertemuan, yakni seekor domba jantan sebagai korban penebus salah. 22 Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu dengan domba jantan korban penebus salah di hadapan TUHAN, karena dosa yang telah diperbuatnya, sehingga ia beroleh pengampunan dari dosanya itu.

Im 20:13-16   Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. 14 Bila seorang laki-laki mengambil seorang perempuan dan ibunya, itu suatu perbuatan mesum; ia dan kedua perempuan itu harus dibakar, supaya jangan ada perbuatan mesum di tengah-tengah kamu. 15 Bila seorang laki-laki berkelamin dengan seekor binatang, pastilah ia dihukum mati, dan binatang itupun harus kamu bunuh juga. 16 Bila seorang perempuan menghampiri binatang apapun untuk berkelamin, haruslah kaubunuh perempuan dan binatang itu; mereka pasti dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri

     -- dalam hal perzinahan menimbulkan kebencian pada suami atau tunangan dan istri ybs, bahkan juga kerabatnya, terhadap masing-masing pelaku ybs, yang mengganggu ketenteraman hidup, maka merupakan kejahatan yang tidak bisa dan tidak boleh ditolerir.
     -- dalam hal terjadi di tengah suatu jemaat, maka ybs harus dikenakan hukum siasat “pemecatan” gereja (dapat diterima kembali setelah pertobatan)

8) Apa yang tersirat dari peristiwa tersebut bagi para korban?
     -- ay 23 dan ay 25 rasa benci dan dendam timbul pada diri koban, dapat merusak keselarasan rumah tangga kelak, dan keinginan balas dendam atau menjadi hakim sendiri terhadap pelaku, merusak ketenteraman hidup si korban, maka si pelaku harus dilenyapkan, dihukum mati

Lihat juga: 2 Sam 13:12 … Tetapi gadis itu berkata kepadanya: "Tidak kakakku, jangan perkosa aku, sebab orang tidak berlaku seperti itu di Israel. Janganlah berbuat noda seperti itu.

2Sam 13:20  Bertanyalah Absalom, kakaknya, kepadanya: "Apakah Amnon, kakakmu itu, bersetubuh dengan engkau? Maka sekarang, adikku, diamlah saja, bukankah ia kakakmu, janganlah begitu memikirkan perkara itu." Lalu Tamar tinggal di rumah Absalom, kakaknya itu, seorang diri.

2Sam 13:22  Dan Absalom tidak berkata-kata dengan Amnon, baik tentang yang jahat maupun tentang yang baik, tetapi Absalom membenci Amnon, sebab ia telah memperkosa Tamar, adiknya.

     -- ay 28 si korban dapat kehilangan martabat dan kehormatan di tengah masyarat dan kerabat, kecuali si pelaku memperistri si gadis seumur hidupnya dan membayar mahar sebagai mana seharusnya dalam pernikahan biasa  

Lihat juga: Kel 22:16-17   Apabila seseorang membujuk seorang anak perawan yang belum bertunangan, dan tidur dengan dia, maka haruslah ia mengambilnya menjadi isterinya dengan membayar mas kawin. 17 Jika ayah perempuan itu sungguh-sungguh menolak memberikannya kepadanya, maka ia harus juga membayar perak itu sepenuhnya, sebanyak mas kawin anak perawan.

9) Apa yang tersirat dari peristiwa tersebut bagi masyarakat Kristen umumnya, anggota Jemaat suatu gereja khususnya?
      -- untuk mencegah kejadian serupa di tengah jemaat, kehidupan rohani dan pengajaran Alkitab bagi setiap anggota jemaat perlu semakin ditingkatkan, demi peningkatan iman dan penguasaan diri yang bersangkutan.

Lihat juga: Kol 3:5-8  Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, 6 semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). 7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. 8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.

      -- Dosa yang melibatkan seks adalah perusak sangat kuat bagi hubungan antar manusia. Mengacaukan dan merobek iklim respect, kepercayaan, dan kredibilitas yang sangat diperlukan bagi pernikahan kokoh dan kemantapan anak-anak.  Sins involving sex are not innocent dabbling in forbidden pleasures, as is so often portrayed, but powerful destroyers of relationships. They confuse and tear down the climate of respect, trust, and credibility so essential for solid marriages and secure children

Kesimpulan:
1. Sama dengan perbuatan dosa seksual lainnya, perzinahan dan perkosaan adalah perbuatan jahat yang harus dilenyapkan
2. Pantas mendapat ganjaran hukuman seberat-beratnya, karena dapat merusak hubungan antar manusia yang rukun dan damai, selain merupakan dosa pelanggaran terhadap hukum Tuhan.
3. Demi ketenteraman hidup dan masa depan para korban yang bersangkutan

Pesan:
Berzinah ataupun memperkosa adalah perbuatan jahat, yang harus dilenyapkan dari tengah-tengah persekutuan jemaat, yang harus diganjar dengan hukuman setimpal beratnya, namun demi kasih diberi pembinaan dan kesempatan bertobat.

PENERAPAN
Evaluasi
:
Prinsipnya masih berlaku di tengah msasyarakat dewasa ini, termasuk dalm persekutuan setiap gereja, perbuatan zinah dan perkosaan adalah perbuatan jahat, yang harus dilenyapkan dari tengah persekutuan.

Butir-butir penerapan:
1. Intensifikasi pengajaran firman bagi semua anggota jemaat pada semua tingkatan.

Tekad/Tujuan
Meningkatkan penguasaan atau pengendalian diri terhadap dosa seksual apa pun.

Ayat hapalan: Ulangan 22:24
24 maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu

IMS 100916

Diskusi PA:

1. Dalam perikop PA/Sermon ini, difirmankan tentang tiga kasus KDRT (Kejahatan/Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yang menyangkut dosa seksual. 1) Sebutkan dan uraikan satu persatu! 2) Ada persamaan dan ada perbedaan di antara ketiganya. Apa sajakah itu? 3) Siapa sajakah korbannya, kenapa?

1. Kasus (ay 23-24; ay 25-27; ay 28-29):

 

2. Persamaan dan perbedaan:

 

3. Korban:

 

2. a) Apa alasan pembenaran perbedaan pengenaan hukum dalam ke tiga kasus tersebut di atas? b) Apa alasan hakiki untuk pengenaan hukuman yang sedemikian beratnya, yaitu hukuman mati bagi pelaku perzinahan maupun perkosaan?

Ayat rujukan: Kej 34:7; Im 19:20-22, 20:13-16; 2Sam 13:12, 20, 22; Kel 22:16-17.

a) Alasan pembenaran:

Kasus 1) Pertimbangan hukum:

 

Tuduhan:

 

Hukuman:

 

Kasus 2) Pertimbangan hukum:

 

Tuduhan:

 

Hukuman:

 

Kasus 3) Pertimbangan hukum:

 

Tuduhan:

 

Hukuman:

 

b) Alasan hukuman mati:

 

 

 

 

3. Bagaimana (seharusnya) sikap dan tindakan gereja dalam hal menghadapi kasus serupa di tengah persekutuan jemaatnya? Apa respons anda mengantisipasi hal tersebut supaya tidak terjadi pada diri anda dan anggota rumah tangga anda?

Ayat rujukan: Kol 3:5-8.

 

 

 

Kesimpulan:

1. Sama dengan perbuatan dosa seksual lainnya, perzinahan dan perkosaan adalah perbuatan jahat yang harus dilenyapkan dari tengah persekutuan Kristen.

s2. Pantas mendapat ganjaran hukuman seberat-beratnya, karena dapat merusak hubungan antar manusia yang rukun dan damai, selain merupakan dosa pelanggaran terhadap hukum Tuhan.

3. Demi ketenteraman hidup dan masa depan para korban yang bersangkutan.

IMS 100923

Wednesday, September 22, 2010

IV. CARA MENELAAH ALKITAB--PA Pribadi (1)

“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan
terang bagi jalanku”
(Maz. 119:105)

PA adalah suatu penyelidikan sistimatis, cermat, dan teratur dari Firman Allah, dengan pikiran yang waspada dan hati terbuka yang berdoa. PA yang bermanfaat memerlukan upaya. Tetapi masih dalam jangkauan siapa saja dengan kecerdasan rata-rata.

Untuk memahami seluruh isi Alkitab tidak ada “jalan tol” atau “sim salabim”. Yang ada adalah kombinasi antara bergantung dan berusaha. Bergantung pada Roh Kudus merupakan sikap yang harus ada pada setiap orang yang rindu memahami Alkitab. Sebab Dialah Pengajar Firman yang Sejati. Bagaimanapun besarnya upaya yang kita lakukan jika tanpa pertolongan, yaitu penerangan Roh Kudus hasilnya akan sia-sia. Berusaha sungguh-sungguh untuk rajin dan tekun membaca dan menelaah Alkitab merupakan tindakan yang harus dilakukan. Untuk memahami Alkitab seseorang harus memiliki kerinduan dan pelatihan yang sungguh-sungguh secara disiplin. Disiplin pribadi bukan pengganti Roh Kudus. Buah-buah Roh dan kedewasaan tidak keluar dari kehidupan yang malas berpikir dan tidak disiplin. Jika kedua kombinasi tersebut di atas ada pada kita maka kita dapat disebut sebagai “tanah yang subur”
“Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat” (Mat 13:8).
I. TUJUAN

Tujuan kita menafsir Alkitab adalah menangkap maksud dari berita dan ajarannya sesuai konteks zaman itu, selanjutnya tugas kita adalah menerapkan ajaran itu dalam kehidupan kita kini. Untuk melakukan hal tersebut kita dituntut untuk menggunakan pikiran secara maksimal dan sepeka mungkin pada pimpinan Roh Kudus. Gunakan semua kemampuan yang telah Tuhan beri, yakni intuisi, imajinasi, ingatan, dan penalaran secara seimbang. Ingatan saja tanpa penalaran tidaklah produktif. Intuisi saja akan membuat kita jadi subjektif. Imajinasi saja akan membawa kita kepada fantasi. Penalaran akan menutup mata kita terhadap banyak hal di dalam Alkitab. Tanpa pendalaman yang serius, Alkitab tidak akan mengeluarkan banyak buah. Bahwa Roh Kudus bekerja menerangi FirmanNya tidak berarti bahwa kita tidak memerlukan tehnik penafsiran yang benar.

Untuk alasan ini, langkah pertama dalam penelaahan Alkitab sebenarnya adalah berdoa sebentar sebelum memulai setiap PA¾berdoa supaya Roh yang sama yang mengilhamkan para penulis Firman Allah juga mengilhami dan menerangi pikiran kita, berdoa untuk pikiran yang rendah hati dan dapat diajar. Minta Tuhan menyucikan hidup anda dari semua dosa yang diketahui dan memenuhi anda dengan Roh Kudus, supaya anda berada dalam persekutuan dengan Dia selama penelaahan; pastikan
“Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.  Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.  Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab: ‘Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?’ Tetapi kami memiliki pikiran Kristus”  (1 Kor 2:10-16).

“Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?” (1 Kor 3:1-4)!.
Berdoa supaya Roh Kudus menuntun anda dalam penelaahan anda. Hapal Maz. 119:18
“Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu” (Maz 119:18)
dan pakai itu sebelum setiap penelaahan. Anda harus berada dalam persekutuan dengan Tuhan supaya dapat memahami dan menerapkan Firman-Nya.

II. CARA

Ada banyak cara menyelidiki Alkitab. Ada yang salah dan ada yang baik. Yang baik adalah yang berdasarkan atau menerapkan asas-asas penelaahan Alkitab seperti yang telah diuraikan dalam bab sebelum ini, yang menganjurkan cara penelaahan yang disebut cara induktif, suatu cara yang cocok juga untuk kelompok-kelompok. Suatu prosedur yang bergerak dari yang diketahui kepada yang belum diketahui, dari fakta-fakta khusus kepada kesimpulan umum. Di sini Alkitab diselidiki secara sistimatis seperti dalam penyelidikan ilmiah. Ini berdasarkan keyakinan bahwa setiap orang yang tulus dan bersedia dipimpin Roh Kudus dapat mengerti pokok-pokok penting dalam Alkitab. Jadi, kita akan mengetahui cara berpikir dan cara hidup yang Tuhan tuntut dari kita.

Penyelidikan induktif mencakup:

· mencari dulu apa yang sebenarnya dikatakan Alkitab. Barulah kemudian dibahas penerapannya pada persoalan-persoalan modern. Yang berwenang adalah Alkitab, bukan pengalaman atau perasaan seseorang.
· tidak berpegang pada suatu pandangan atau ajaran tertentu sebelumnya. Ajaran benar adalah hasil penyelidikan sendiri, bukan ketentuan sebelumnya.

· menganalisa seluruh bagian yang sedang dipelajari. Lingkungannya atau konteksnya, serta kepribadian penulis tidak diabaikan.

Cara induktif juga dapat diterapkan pada ayat demi ayat.

Tiga Tahap Dasar Dalam Penelaahan Induktif.

Mengulangi secara singkat apa yang telah diuraikan dalam bab sebelum ini, dalam menerapkan asas-asas penelaahan Alkitab ada dua pertanyaan dasar yang menjadi fokus utama.

Pertanyaan dasar pertama: Apa sebenarnya yang penulis ingin katakan kepada pembacanya semula? Pertanyaan ini memperhatikan sejumlah hal penting.

Pertama, pembaca supaya mengenali ciri sejarah dari pernyataan Alkitab, yang ditulis dalam rentang masa sejak jaman tembaga sampai jaman Romawi (1500 S.M. – 100 M.) kepada orang-orang, dengan budaya, dan kebiasaan tertentu.

Kedua, supaya memperhatikan sifat obyektif dari Alkitab. Maka periksa apa yang sebenarnya penulis katakan, sebelum menafsir atau menerapkannya. Lihat apa yang sebenarnya ada. Lihat nas sejelasnya. Lihat rinciannya dalam terang keseluruhan. Lihat dalam terang konteksnya.

Ketiga, supaya memperhatikan dengan sungguh wibawa Alkitab. Ingat Alkitab dan pesan-pesannya adalah bebas berdiri sendiri terlepas dari anda, tradisi anda, dan pilihan kesukaan anda. Jangan campur aduk pikiran penulis dengan pikiran sendiri.

Jadi, pertanyaan dasar pertama ini memulai proses penelaahan dengan pengamatan (melihat apa yang sebenarnya penulis katakan) dan dengan penafsiran (mencoba memahami apa yang ia maksud). Pada hakekatnya ini adalah penerapan asas pertama dan azas kedua penelaahan Alkitab.

Pertanyaan dasar kedua: Apa, jika ada, urusannya atau kaitannya dengan kita dan dunia kita? Pertanyaan ini meminta perhatian atas dua hal penting:

Pertama, bahwa tidak semua nas ada hubungannya dengan kita dengan cara yang sama. Bukan hal bahwa semua nas penting, tetapi seberapa spesifiknya sesuatu nas mempengaruhi hidup kita sekarang.

Kedua, bahwa kita tidak boleh puas hanya dengan penelaahan ilmiah murni, tetapi terus belajar tiada henti menemukan kebenaran dan arti pentingnya bagi jaman sekarang.
Maka pertanyaan dasar kedua melanjutkan dari pengamatan dan penafsiran ke evaluasi dan penerapan, yaitu “menjadi daging” dalam kita.
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya” (Yak. 1:22-25).
Pada hakekatnya, ini adalah penerapan asas kedua dan asas ketiga.

Dalam pada itu diingatkan kembali, bahwa tujuan akhir suatu PA adalah penerapan, bukan hanya penafsiran. Jangan mau berhenti sampai pemahaman saja, tetapi mau menerapkan prinsip-prinsip alkitabiah dalam hidup sehari-hari. Alkitab diberikan bukan untuk menambah pengetahuan kita, tetapi untuk mengubah hidup kita, yaitu mengubah tabiat kita dan menjadikannya semakin sesuai dengan Yesus Kristus
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri”  (Yak. 1:22).
Ketika kita menerapkan Firman Allah dalam hidup kita, kita juga akan menjadi bergairah menjalankan Amanat Agung
“Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:18-20).
Tujuan kita dalam semua PA adalah mengenal Yesus Kristus dan menjadi seperti Dia dalam sikap, pikiran, bicara, tindakan, dan nilai kita; bukan untuk mengesankan orang lain.

PA memerlukan mencatat apa yang anda amati dan temukan. Anda tak dapat menelaah Alkitab tanpa menulis mencatat sesuatu; perbedaan membaca Alkitab dari menelaah Alkitab. Jika anda belum mencatat pengamatan anda di atas kertas, anda belumlah sesungguhnya memikirkannya.

PA berarti bahwa Firman Allah haruslah ditelaah secara sistimatis. Yang kita perlukan adalah rencana penelaahan teratur yang sistimatis, apakah kita menelaah suatu kitab, menelaah suatu kata, menganalisa tabiat seseorang, menelaah suatu pasal, ataupun memilih metoda lain. Seperti seorang detektif yang baik, langkah-langkahnya adalah:

1) mengamati--melihat fakta-fakta dasar yang terdapat dalam teks;
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan--menemukan fakta-fakta tambahan dengan pengamatan yang lebih intensif;
3) menafsirkan¾menganalisa apa arti teks;
4) mencocokkan dan mengkorelasi apa yang ia temukan dengan kebenaran alkitabiah lainnya yang ia ketahui, dilakukan dengan membanding-silangkan ayar-ayat dan membanding-silangkan nas dengan nas;
5) menarik kesimpulan, menerapkan dalam hidupnya secara praktis kebenaran hasil telaahannya.
Jadi, melalui suatu pendekatan induktif pada PA.

IMS 100913

Thursday, September 9, 2010

PA PRIBADI (18)

Yesaya 2:1-3                      Epistel Minggu 12 September 2010
GEREJA TEMPAT ALLAH MENGAJAR TENTANG JALAN-NYA--Mari, Tempuh Jalan-Nya, Terima Firman-Nya

1 Firman yang dinyatakan kepada Yesaya bin Amos tentang Yehuda dan Yerusalem. 2 Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, 3 dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."

Tentang: ajakan menempuh jalan Tuhan
Gereja Sumber Damai Mesias
(1-3)
Tokoh: Nabi Yesaya bin Amos
Tempat/waktu: Yerusalem, l.k 700 S.M. dalam jaman pemerintahan raja Uzia
Proporsi: nubuat
Bentuk sastra: prosa
Pokok bahasan: Ajakan menempuh jalan Tuhan, dengan bertobat, percaya dan beriman pada Yesus Kristus.
Ringkasan isi:
Di hari-hari terakhir ini, yaitu menjelang kedatangan Yesus ke dua kali, mari benahi bait Allah menjadi bait kesukaan, menonjol bagi masyarakat umum sekitarnya (1-3):
menjadi perhatian orang dari segala penjuru dunia (2)
menjadi tempat Allah mengajar tentang jalan-Nya supaya orang berjalan menempuhnya (3)
menjadi sumber pengajaran dan firman Tuhan (3).
Ayat kunci utama: Yesaya 2:3
3 dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
Pokok pikiran/tema utama:
Benahi bait Allah menjadi rumah Allah tempat Ia mengajarkan tentang jalan-jalan-Nya, yang menonjol dan tersohor ke segala penjuru sebagai tempat beroleh pengajaran benar dan firman Tuhan.
Istilah penting: berdiri tegak, menjulang tinggi, berduyun-duyun, mari
Ciri khas: kitab Yesaya mengandung prosa dan puisi dan menggunakan banyak kiasan atau perlambangan personifikasi rohaniah.
Hubungan struktural utama: partikularisasi—Penglihatan kepada Yesaya tentang Yehuda dan Yerusalem, bahwa pada hari-hari yang terakhir gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana (1-2), terpanggil ajakan “Mari kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah:
supaya Ia mengajar mereka tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya mereka berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem” (3).
Ayat paralel:
ay 2-4: Mik 4:1-3  Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung rumah TUHAN akan berdiri tegak mengatasi gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; bangsa-bangsa akan berduyun-duyun ke sana, 2 dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan firman TUHAN dari Yerusalem." 3 Ia akan menjadi hakim antara banyak bangsa, dan akan menjadi wasit bagi suku-suku bangsa yang besar sampai ke tempat yang jauh; mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.—Mika di jaman raja Yotam, tahun 742-687 SM, setelah raja Uzia, 700 SM.
ay 4: Yoel 3:10  Tempalah mata bajakmu menjadi pedang dan pisau-pisau pemangkasmu menjadi tombak; baiklah orang yang tidak berdaya berkata: "Aku ini pahlawan!"
Ayat Konteks:
Konteks dekat:
ay 2 … gunung: Yes 27:13  Pada waktu itu sangkakala besar akan ditiup, dan akan datang mereka yang hilang di tanah Asyur serta mereka yang terbuang ke tanah Mesir untuk sujud menyembah kepada TUHAN di gunung yang kudus, di Yerusalem. ; Jes 66:20  Mereka itu akan membawa semua saudaramu dari antara segala bangsa sebagai korban untuk TUHAN di atas kuda dan kereta dan di atas usungan, di atas bagal dan unta betina yang cepat, ke atas gunung-Ku yang kudus, ke Yerusalem, firman TUHAN, sama seperti orang Israel membawa korban dalam wadah yang tahir ke dalam rumah TUHAN.
ay 3 … dari Sion: Yes 51:4, 5 Perhatikanlah suara-Ku, hai bangsa-bangsa, dan pasanglah telinga kepada-Ku, hai suku-suku bangsa! Sebab pengajaran akan keluar dari pada-Ku dan hukum-Ku sebagai terang untuk bangsa-bangsa. 5 Dalam sekejap mata keselamatan yang dari pada-Ku akan dekat, kelepasan yang Kuberikan akan tiba, dan dengan tangan kekuasaan-Ku Aku akan memerintah bangsa-bangsa; kepada-Kulah pulau-pulau menanti-nanti, perbuatan tangan-Ku mereka harapkan.;
Luk 24:47 lihat di bawah ini
Yesaya Ps 1-39 Nubuat tentang Yehuda dan Yerusalem
1:2-9 Pengaduan tentang bangsa yang tidak setia itu
1:10-20 Bertobat lebih baik dari mempersembahkan korban
1:21-31 Hukuman atas Yerusalem
2:1-5 Sion sebagai pusat kerajaan damai
2:6-22 Hukuman TUHAN terhadap semua orang yang meninggikan diri
3:1-15 Hukuman TUHAN terhadap orang-orang yang menyesatkan bangsa itu
4:2-6 Yerusalem disucikan dan dilindungi
Zion--fortress
A. Used literally of:
Jebusite fortress captured by David . . . 2 Sam 5:6-9 Lalu raja dengan orang-orangnya pergi ke Yerusalem, menyerang orang Yebus, penduduk negeri itu. Mereka itu berkata kepada Daud: "Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta dan orang-orang timpang akan mengenyahkan engkau!" Maksud mereka: Daud tidak sanggup masuk ke mari. 7 Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud. 8 Daud telah berkata pada waktu itu: "Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air itu; hati Daud benci kepada orang-orang timpang dan orang-orang buta." Sebab itu orang berkata: "Orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk bait." 9 Dan Daud menetap di kubu pertahanan itu dan menamainya: Kota Daud. Ia memperkuatnya sekelilingnya, mulai dari Milo ke bagian dalam.
Place from which Solomon brings the ark . . . 2 Taw 5:2  Pada waktu itu Salomo menyuruh para tua-tua Israel dan semua kepala suku, para pemimpin puak orang Israel, berkumpul di Yerusalem, untuk mengangkut tabut perjanjian TUHAN dari kota Daud, yaitu Sion.
Area occupied by the temple . . . Yes 8:18  Sesungguhnya, aku dan anak-anak yang telah diberikan TUHAN kepadaku adalah tanda dan alamat di antara orang Israel dari TUHAN semesta alam yang diam di gunung Sion.

B. Used figuratively of:
Israel as a people of God 2 Raj 19:21  Inilah firman yang telah diucapkan TUHAN mengenai dia: Anak dara, yaitu puteri Sion, telah menghina engkau, telah mengolok-olokkan engkau; dan puteri Yerusalem telah geleng-geleng kepala di belakangmu.
God’s spiritual kingdom Maz 125:1   Nyanyian ziarah. Orang-orang yang percaya kepada TUHAN adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama-lamanya.
Eternal City . . . Ibr 12:22, 28  Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, 28 Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.
Heaven . . . Wah 14:1  Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Konteks jauh:
ay 2 … gunung Mik 4:7 Mereka yang pincang akan Kujadikan pangkal suatu keturunan, dan yang diusir suatu bangsa yang kuat, dan TUHAN akan menjadi raja atas mereka di gunung Sion, dari sekarang sampai selama-lamanya.
ay 3 … dari Yerusalem Luk 24:47  dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
Life Application Bible p. 1171
Note 2:2 The temple was built on mountain of the Lord, Mount Moriah, highly visible to al the people oh Jerusalem. For more on the significance of the temple, see note on 2 Chr 5:1ff. in the last days the temple will attract the nations, not because of its architecture and prominence, but because of God’s presence and influence.
2 Chr 5:1ff  Why is there so much emphasis on the temple in the Old Testament?
(1) It was a symbol of religious authority. The Temple was God’s way of centralizing worship at Jerusalem in order to ensure that correct belief would be kept intact through many generations.
(2) It was a symbol of God’s holiness. The temple’s beautiful atmosphere inspired respect and awe for God; it was the setting for many of the great visions of the prophets.
(3) It was a symbol of God’s covenant with Israel. Thr temple kept the people focused upon God’s law (the tablets of the Ten Commandments were kept un the temple) rather than on the king’s exploits. It was a place where God was especially present to his people.
(4) It was a symbol of forgiveness. The temple’s design, furniture and customs were great object lessons for all the people, reminding them of the seriousness of sin, the penalty that sin incurred, and their need of forgiveness.
(5) It prepared the people for the Messiah. In the New Testaments, Christ said he came to fulfill the law, not destroy it. Hebrews 8:1, 2 and 9:11, 12 use temple customs to explain what Christ did when he died for us.
(6) It was a testimony to human effort and creativity.  Inspired by the beauty of God’s character, peoples devoted themselves to high achievements in engineering, science, and art in order to praise him.
(7) It was a place of prayer. In the temple, people could spend time in prayer to God.
Berduyun-duyun … Mat 13:2 Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai; Luk 2:31, 32 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, 32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.";  Kis 1:6, 7  Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" 7 Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.
“the kingdom” of Israel is regarded certain and the time uncertain Maz 68:15, 16 Gunung Allah gunung Basan itu, gunung yang berpuncak banyak gunung Basan itu! 16 Hai gunung-gunung yang berpuncak banyak, mengapa kamu menjeling cemburu, kepada gunung yang dikehendaki Allah menjadi tempat kedudukan-Nya? Sesungguhnya TUHAN akan diam di sana untuk seterusnya!; Maz 72:8, 11   Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi! 11 Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya!
Promised blessing will be literally fulfilled, same as curse foretold against Israel … Yer 50:5  mereka menanyakan jalan ke Sion, ke sanalah mereka terarah: Marilah kita menggabungkan diri kepada TUHAN, bergabung dalam suatu perjanjian kekal yang tidak dapat dilupakan!; Zach 8:21  Dan penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota yang lain, mengatakan: Marilah kita pergi untuk melunakkan hati TUHAN dan mencari TUHAN semesta alam! Kamipun akan pergi!; Yoel 2:28  "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.
Penyataan Kristus: maha kasih maha pengampun
PENAFSIRAN
Hal-hal utama
:
a. Istilah utama: mari
b. Hubungan utama: partikularisasi—Penglihatan kepada Yesaya tentang Yehuda dan Yerusalem, bahwa pada hari-hari yang terakhir gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana (1-2), terpanggil ajakan “Mari kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah: supaya Ia mengajar mereka tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya mereka berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem” (3).
      -- Aspek utama: mendapatkan pengajaran benar dari Tuhan
c. Tema utama/pokok pikiran utama:
Benahi bait Allah menjadi rumah Allah tempat Ia mengajarkan tentang jalan-jalan-Nya, yang menonjol dan tersohor ke segala penjuru, menjadi tempat beroleh pengajaran benar dan firman Tuhan.
Tanya jawab penafsiran:
Definisi
1) Apakah maksudnya orang berkata “mari” dalam ayat 3?
     -- mengajak orang lain turut serta bersama-sama pergi atau ambil bagian
     -- dalam hal ayat 3 adalah ke rumah Allah menerima kasih karunia-Nya, keselamatan hidup kekal

2) Apakah maksudnya pengajaran dari Sion dalam perikop ini? 
     -- pengajaran dari Allah sendiri melalui Roh-Nya dan firman-Nya tentang jalan-Nya
     -- jalan keselamatan
     -- tuntunan hidup benar di depan Tuhan
Alasan
3) Kenapa orang saling berkata “mari”? 
     -- mendapat kepuasan di tempat yang dituju, dalam hal ini gereja, sedemikian sehingga dengan senang hati ingin berbagi dengan orang lain, tidak “makan sendiri”
     -- beroleh rasa damai, syukur, kasih, keteguhan iman,
     -- merasakan kehadiran Tuhan, keakraban dengan Tuhan
     -- beroleh pengajaran dan tuntunan dengan cara menarik
     -- sebaliknya mau berbagi pengajaran dan tuntunan tersebut sebagai penginjilan pribadi
4) Kenapa pengajaran dari Sion dicari orang?
     -- keyakinan janji Tuhan akan keselamatan hidup kekal
     -- mengajarkan hidup damai dan saling mengasihi
     -- memperoleh pengajaran yang menarik dan mengasikkan
Cara
5) Bagaimana supaya orang saling berkata “mari”?
     -- berikan kepuasan rohani melalui pengajaran, konsultasi
     -- mengfasilitasi pemahaman dan pendalaman Alkitab yang terbuka bagi semua orang, semua tingkat umur, di gereja atau di lingkungan dekat tempat tinggal
     -- para penatua lingkungan aktif mengajak dan promosi

6) Bagaimana orang mendapat pengajaran dari Sion dari Tuhan sendiri?
     -- berkeinginan dan berkemauan berusaha mengandalkan sepenuhnya tuntunan Roh Kudus
     -- d.p.l. dipenuhi Roh
     -- menyajikan pengajaran dalam bentuk dan cara menarik bagi berbagai tingkat kecerdasan dan umur
Implikasi
7) Apa yang tersirat bagi gereja masa kini supaya orang datang berduyun-duyun dan sambil mengajak orang lain ikut serta? 
     -- membenahi diri aktif membuka kesempatan pada hari Minggu atau setiap hari lainnya bagi anggota jemaat beroleh pengajaran sesuai minatnya
     -- membuka pintu lebar-lebar bagi siapa saja bersaat teduh dan berdoa, dan beroleh pengajaran dan penggembalaan
     -- meyakinkan bagi anggota jemaat, bahwa setiap orang percaya bisa dan seharusnya melakukan penginjilan pribadi karena diajar oleh roh-Nya dan firman-Nya
8) Apa yang tersirat pengajaran benar dari rumah Tuhan bagi gereja masa kini?
     -- mengaktifkan PA bagi semua orang, sesuai tingkat umur dan kecerdasan
     -- melalui sekolah minggu anak-anak, remaja, pemuda dan dewasa
     -- memfasilitasi literatur 
     -- meyakinkan dan memfasilitasi anggota jemaat yang dewasa iman menjadi pengajar karena tuntunan Roh-Nya dan firman-Nya.
Kesimpulan:
1.  Gereja-gereja masa kini supaya kembali seperti gereja mula-mula dalam semangat dan kegiatan menjadi gereja kesukaan semua orang
2.  Orang merasakan keteduhan dan kehadiran Allah ketika berada di dalamnya, dan dalam mengikuti berbagai kegiatannya.
3.  Menjadi sumber damai dan kasih
4.  Menjadi gembala umatnya.
5.  Terberita di segala penjuru sebagai sumber pengajaran, dan firman Tuhan: jemaat damai, kudus, diberkati, berpengharapan berkeyakinan akan keselamatan, aktif, MURAH HATI berbagi berkat, menjauhi ketamakan, mengasihi Tuhan dan sesama, missioner, termasuk dalam penginjilan dan pengajaran pribadi.
6.  Sebagai lambang wibawa agamawi, lambang kekudusan Allah, lambang perjanjian Allah dengan orang percaya, dan lambang pengampunan, sebagai sarana mempersiapkan orang percaya bagi kedatangan Messias, sebagai kesaksian atau bukti upaya dan kreativitas manusia, dan sebagai tempat berdoa.
Pesan:
Benahi gereja menjadi rumah Allah tempat Ia mengajarkan tentang jalan-jalan-Nya, yang menonjol dan tersohor ke segala penjuru, rumah Allah tempat beroleh pengajaran benar dari Allah melalui Roh-Nya dan firman-Nya, menjadi gereja yang misioner, yang mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati dan mengasihi satu sama lain seperti diri sendiri, menjadi sumber damai dan kasih.
PENERAPAN
Evaluasi
:

Gereja-gera masa kini seharusnya juga termasuk dalam nubuatan Yesaya tersebut.
Butir-butir penerapan:
1. Semakin rajin mendalami dan menghayati menerapkan firman-Nya
2. Menjalani hidup menempuh jalan yang diajarkan-Nya
3. Penuh percaya diri dalam Penginjilan Pribadi.
Tekad/Tujuan
Merindukan pengajaran Tuhan dan firman-Nya.
Ayat hapalan: Yesaya 2:3
3 dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
IMS 100902

Diskusi PA:

1. Yesaya menerima penglihatan atau nubuatan dari Allah, tentang hal-hal yang akan terjadi dengan Yehuda dan Yerusalem pada hari-hari terakhir, yaitu setelah kedatangan Messias, menjelang kedatangan-Nya ke dua kali (ay 1, 2). Kitab Yesaya umumnya ditulis berupa puisi dan prosa yang mengandung ramalan atau nubuatan apa yang akan terjadi di masa dekat dan sekali gus di masa jauh ke depan.

Apakah yang dinubuatkan dengan “gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana (ay 2)?—secara harfiah, ‘gunung tempat rumah Tuhan’ adalah gunung Moria tempat bait Allah berada, tampak jelas tinggi oleh semua penduduk Yerusalem, yang dikenal juga sebagai bukit Sion; namun maksud secara kiasannya apa itulah yang mau dikaji. ‘Segala bangsa’ atau suku-suku bangsa adalah orang-orang non-Yahudi yang masih kafir.
Rujukan: Yes 51:4, 5; Luk 24:47; Mat 28:19

  • Lahirnya kekristenan dan penginjilan di Yerusalem, lalu menjalar ke seluruh penjuru dunia. Kekristenan, yang adalah ‘menjulang tinggi’ mengatasi agama dan kepercayaan lain, kebenarannya tiada tandingannya.
  • Keikutsertaan konversi bangsa dan suku bangsa kafir turut menjadi orang Kristen menyusul orang-orang Kristen pertama penduduk Yerusalem, orang Yahudi dan pendatang, yang menjadi percaya setelah Pentakosta (Yes 51:4, 5; Luk 24:47).
  • Maraknya penginjilan yang menarik jumlah massa besar di berbagai kota di dunia dewasa ini (Mat 28:19).

2. Dan apa pula yang dinubuatkan oleh “banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: ‘Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem’." (ay 3)?—‘pengajaran’ d.h.i. adalah hukum-hukum baru Yesus Kristus dan firman lainnya di Perjanjian Baru.
Rujukan: Yes 8:18; Mat 28:19-20; 1Kor 12:11, 28
.
. 1) Sebab: “dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem’:
  • Misi pengajaran Yesus dimulai dari Galilea dan berakhir di Yerusalen di bait Allah di atas bukit Sion (Yes 8:18).
  • Penginjilan & pengajaran, dan konversi orang-orang menjadi percaya, juga dimulai dari Yerusalem pada hari Pentakosta; sesuai perintah Yesus lalu berkembang ke seluruh penjuru dunia dan masih berlanjut sampai sekarang dan masih terus berlanjut sampai kedatangan Yesus ke dua kali (Mat 28:19-20).
  • Maka gereja pertama berdiri di Yerusalem.
 · 2) Akibat: “Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya":
  • Lebih lanjut, orang-orang percayapun, siapapun dapat dan seharusnya melakukan penginjilan dan pengajaran pribadi dengan saling berkata “Mari” mengajak saudara-saudaranya, kenalannya, dan orang-orang sekitarnya, baik secara langsung maupun tak langsung melalui sikap hidupnya yang Kristiani. > tidak “makan sendiri”, tidak tamak.
  • Bahkan secara massal melaui KKR, selebaran, literatur, melalui siaran radio, TV, surat kabar dan majalah.

3. Bagaimanakah tafsiran penerapan nubuatan-nubuatan tersebut oleh gereja-gereja masa kini, dalam mempersiapkan jemaatnya menantikan hari kedatangan Yesus Kristus ke dua kali?
Bagaimana pula sikap yang harus anda ambil dalam hidup sehari-hari?
Rujukan: Mat 6:33, 34; 1Kor 12:11, 28.

  • Gereja-gereja yang masih ‘pasif’, termasuk yang sudah melempem, supaya membenahi diri.
  • Jadikan gereja benar-benar Rumah Tuhan, tempat-Nya memberi pengajaran, umatnya semakin dipenuhi Roh, para pendeta dan Penatua menjadi gembala yang benar.
  • Tingkatkan intensitas pengajaran bagi semua anggota jemaatnya, melalui PA untuk segala tingkat umur dan kecerdasan, demi peningkatan & peneguhan iman, dan kesejahteraan illahi (Mat 6:33, 34), dan sikap hidup benar di hadapan Tuhan.
  • Tingkatkan bakti sosial bagi masyarakat umum sekitarnya, baik bantuan kebutuhan hidup, sekolah murah bahkan gratis, balai pengobatan dan rumah sakit, dll
  • Sikap pribadi anggota gereja: Tingkatkan gairah pribadi ber-Saat Teduh & Penelaahan Alkitab Pribadi maupun Berkelompok, selanjutnya gairah pribadi melakukan penginjilan dan pengajaran pribadi, termasuk mensehati, menurut karunia yang masing-masing peroleh (1Kor 12:11, 28).

IMS 100909