Thursday, September 23, 2010

IV. CARA MENELAAH ALKITAB--PA Pribadi (2)

A. Pengamatan

Untuk menjawab pertanyaan dasar pertama, “Apa sebenarnya yang penulis ingin katakan kepada pembaca semula?” periksalah dengan cermat apa yang ia tulis. Maka langkah pertama PA adalah pengamatan. Ada dua hal yang harus dilihat. Pertama lihat apa yang ada di sana (apa yang dikatakannya), ini masalah isi. Tentang apakah sebenarnya kitab atau segmen (penggalan) yang ditelaah: tentang dosakah atau anugerah, doakah atau iman, Abrahamkah atau Daud, atau tentang penciptaankah atau kedatangan kedua kali? Hal isi mengamati apa yang dikatakan. Kedua, lihat bagaimana apa yang ada tersebut ada di sana (bagaimana ia mengatakannya); ini masalah struktur, rancang bangun komposisi bagaimana unsur-unsurnya tersusun dan terkait satu sama lain. Jadi, mulailah melihat apa ada di sana dan bagaimana tersusun.

Telaahlah selalu dalam satuan-satuan (unit) sebagai satu kesatuan utuh menyeluruh; anda akan mulai melihat melalui mata si penulis, yang juga menulisnya dalam urutan satuan-satuan kecil. Setiap bagian harus dipahami dalam terang keseluruhan--misalnya satu kitab lengkap atau satu penggalan (segmen) kitab yang mau ditelaah. Karena satu pasal tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan pasal lain dalam kitab yang sama. Arahkan melihat kitab sebagai suatu keseluruhan seutuhnya. Paling jauh lihat pasal-pasal sebagai kumpulan paragraf-paragraf yang berkaitan, yang pokok-pokok utamanya selengkapnya membentuk satu pengertian cerdas. Beri perhatian pada ayat-ayat tersendiri hanya sebagaimana anda melihatnya dalam terang paragraf dan pasal yang bersangkutan. Dengan perkataan lain telaahlah selalu dalam konteks. (gunakanlah Alkitab yang dicetak dalam satuan paragraf dari pada dalam satuan ayat berdiri sendiri, misalnya Alkitab Terjemahan Baru (TB) @ 1974 terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta).

Membaca dalam satuan-satuan dilakukan dengan dua “lensa telaah” yang berbeda secara berurutan. Mula-mula memakai lensa “sudut lebar” untuk mendapatkan gambaran besarnya. Kemudian lensa “tilik dekat” untuk memeriksa secermatnya bagian-bagian yang membentuk gambaran besar tadi. Terakhir kembali dengan lensa “sudut lebar” untuk melihat unit sebagai suatu panorama, sekarang dengan pemahaman lebih dalam setelah pemeriksaan terinci bagian-bagiannya.

1. Periksa apa yang ada disana: isi--memakai lensa sudut lebar. Lakukan hal-hal berikut untuk melihat apa yang sebenarnya ada dalam unit yang ditelaah:

1. Survei atau tinjau unit atau perikop yang mau ditelaah. Baca sekali gus dengan cepat dalam sekali baca kitab atau seperangkat pasal yang mau ditelaah tersebut untuk mendapat suatu ringkasan gambaran umum. Baca perikop secara ini beberapa kali untuk mengamati para pelaku, tempat, dan tema penting yang bermakna menyeluruh. Catat (pena & kertas!) untuk penelaahan lebih lanjut.

2. Beri judul setiap pasal/paragraf. Pada salah satu pembacaan survei di atas beri judul setiap pasal, juga setiap paragraf jika kitabnya lima-enam pasal atau kurang. Gunakan imaginasi, judul singkat, cukup 1 – 5 kata yang padat informasi. Buat yang mudah diingat. Judul-judul tersebut menjadi pegangan atas keseluruhan kitab atau segmen.

3. Catat proporsi dan rasakan suasana. Catat berapa banyak ruang diberikan kepada setiap unsur utama dalam unit, dan perubahan suasana emosional kalau ada.

4. Amati bentuk sastera. Apakah bentuk prosa atau puisi. Apakah narasi sejarah atau biografi atau kejadian, hukum, nubuat, kidung, doa, pepatah, perumpamaan, surat atau essai.

5. Buat gambaran unit. Berupa daftar (lihat contoh hal. 36-37) yang memuat judul-judul pasal/paragraf yang bersangkutan; informasi lain hasil pengamatan: waktu, tempat, pelaku utama, dan lainnya, yang ditempatkan di bawah masing-masing judul.

Demikian melihat apa yang ada di sana dan melakukannya dalam satuan-satuan. Perlu disadari bahwa kita bukanlah pengamat yang sebaik yang kita anggap. Kadang kala kita sudah melihat tetapi tidak tahu apa yang sesungguhnya telah kita lihat. Itu sebabnya betapa pentingnya untuk melihat dan terus melihat sampai akhirnya kita mencatat semua detailnya. Berikutnya adalah pengamatan lanjutan, melihat struktur.


2. Periksa rancang bangun: hubungan--memakai lensa tilik dekat. Bagaimana penulis merancang bangun sesuatu unit alkitabiah mulai, berlanjut dan berakhir, bagaimana ia mengembangkan tema, mengajukan pertanyaan dan jawaban, menyajikan sebab, akibat, puncak, penentangan, dan pembandingan, adalah pilihan terilham penulis yang muncul dari tujuan penulisan masing-masing (menurut hukum-hukum komposisi (karangan) yang biasanya digunakan oleh para penulis yang baik; bukanlah ada secara kebetulan). Menemukan rancang bangun tersebut (struktur sastra) menjadi tugas si pembaca/penelaah, yang akan semakin berpikir mengikuti alur pikiran si penulis.

Bahwa para penulis Alkitab membangun tulisan mereka dengan rancang bangun yang timbul dari tujuan masing-masing adalah jelas dalam penyajian penulis Injil tentang Yesus. Ke empat penginjil memulai ceritanya dengan empat cara berbeda: Matius dengan silsilah dan narasi masa menjadi bayi melalui mata Yusuf, Markus dengan pelayanan Yohanes dan pembaptisan Yesus (tanpa merujuk kelahiran masing-masing), Lukas dengan kelahiran Yohanes dan Yesus dan masa remaja Yesus, dan Yohanes dengan prolog mengenalkan Yesus sebagai Firman menjadi daging. Yohanes jelas mengatakan ia memilih (dan agaknya juga menyusun) bahan-bahannya berdasarkan tujuan keseluruhan
“Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya”  (Yoh. 20:30-31).
Perbedaan-perbedaan ini adalah semata-mata pilihan terilham, bukan kebetulan.
Maka ikuti saran dibawah ini:

1. Pelajari dan kenalilah hubungan struktural dasar. Mulailah belajar kenal bagaimana para penulis terlatih menggunakan alat-alat standar komposisi (hubungan dasar) berikut ini dalam membangun berbagai bagian komposisinya.

a. Hubungan sebab-akibat. Dalam Yoh. 3:16
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).
kasih Allah adalah sebab; mengutus Anak adalah akibat. Dalam konteks sama percaya dan tidak percaya adalah sebab yang bertentangan, masing-masing dengan akibat sendiri. Kadang-kadang akibat mendahului, diikuti oleh sebab atau akibat-sebab seperti Rom. 1:16
“aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil (akibat), karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (sebab) (Rom. 1:16)
Yang satu merupakan konsekwensi dari yang lain; kata petunjuk: karena, sebab, sehingga, maka.

b. Puncak. Pemaparan secara progresif, suatu urutan kejadian atau ide bergerak dalam penguatan perasaan menuju suatu puncak, memberikan proporsi ruang yang lebih besar pada orang-orang atau gagasan-gagasan kunci; menggunakan kata-kata seperti: apalagi, pandanglah, perhatikanlah, sesungguhnya, aku berkata kepadamu. Demikian kitab Hosea mulai dengan persamaan utama yang menggambarkan kasih Allah dalam pernikahan Hosea (Hosea 1-3). Tetapi kemudian kembali dalam pasal 6 (Dilema Kasih Allah) dan pasal 11 (Sejarah Kasih Allah) pokok bahasan kasih Yahweh muncul kembali, bergerak dengan semakin mendesak ke Undangan Kasih yang memuncak tak terduga dalam pasal penutup (Hosea 14). Kitab penghakiman ini dirancang untuk berakhir dalam puncak kasih ilahi.

c. Pembandingan. Membandingkannya dengan hal-hal atau cara-cara yang mirip; kata petunjuk: seperti, sebagaimana.
“Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Maz. 103:13),
rasa kasihan Tuhan kepada mereka yang takut pada-Nya diterangi dengan pembandingan pada sikap seorang ayah terhadap anak-anaknya¾itulah macam hati Allah.; Hos. 1-3, lihat di atas;
“dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami “ (Mat. 6:12),
pembandingan apa ada dalam doa “Bapa Kami”?

d. Penentangan. Mempertentangkan hal-hal yang tidak sama tetapi dalam satu kategori; kata petunjuk: tetapi, walaupun, namun,. sekalipun, biarpun, meskipun. Periksa dalam Yoh. 3:16; Rom. 6:23; Yunus 4.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal “ (Yoh. 3:16);
“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rom. 6:23);
e. Titik balik. Suatu perubahan atau pembalikan arah di tengah tulisan. Kitab 2 Samuel dirancang demikian, dengan titik balik jelas ditempatkan dalam pasal 11. Lihat 11:27b.
“Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN” (2Sam 11:27).
Sampai titik ini penulis memaparkan kejayaan Daud, dari titik itu kemundurannya, dan pada titik itu biang dari pembalikan¾ dosa Daud dengan Batsyeba dan sikap Allah terhadapnya.

f. Generalisasi/partikularisasi. Dari pernyataan spesifik ke uraian lebih umum mengenai pokok bahasan sama adalah generalisasi. Kebalikannya bergerak dari pernyataan umum ke yang lebih terbatas adalah partikularisasi. Demikian Mat. 5:17-48 dibangun dengan partikularisasi. Lihat juga Matius 6:1
"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga” (Mat 6:1).
g. Pendahuluan. Bagian yang menyiapkan jalan untuk penyajian bagian berikutnya, menjelaskan artinya pada bagian akhir. Demikian rangkaian dramatik pidato dalam kitab Ayub diantar oleh pasal 1 dan 2 yang menekankan kekayaan dan kesalehan Ayub dan asal usul penyakitnya dalam kebaikannya dari pada dalam sesuatu dosa.

h. Tanya-jawab (pemecahan masalah). Banyak nas alkitab dibangun dengan penyajian pertanyaan dengan jawabannya atau suatu masalah dengan pemecahannya. Demikian Kitab Keluaran dibangun secara ini. Masalah disajikan dalam pasal 1-5 yang pemecahan Allah atasnya adalah wabah penyakit, keluaran (exodus), perjanjian, dan tabernakel. Contoh lain Mark. 7 dan Mat. 24.

i. Pengulangan. Pengulangan kata, frasa, gagasan, tema, struktur, atau unsur lain, baik pengulangan yang sama atau sedikit diubah. Pengulangan digunakan untuk mengembangkan tekanan dan motif dalam suatu unit dan adalah satu dari alat paling banyak dipakai membangun bahan-bahan alkitabiah. Lihat Amos 1:3-2:8.
Perhatikan juga hal-hal berikut:

j. Ciri bentuk tata bahasa. Kecenderungan pikiran melalui tenses kata kerja, bentuk-bentuk pasif, aktif, tunggal, jamak, anak kalimat, dan sebagainya. Semua itu sangat mempengaruhi penafsiran.

k. Kata-kata yang menunjukkan peralihan pikiran, a.l.
· dan, maka, seperti, terlebih: menghubungkan atau memperluas dua atau lebih gagasan atau aksi yang sama.
· sementara itu, ketika, pada waktu itu: menunjukkan kejadian yang terjadi secara bersamaan.
· oleh sebab itu, oleh karena itu, maka: menunjukkan suatu hasil atau kesimpulan.
· jika .... maka: menunjukkan kondisi prasyarat dan hasilnya.

2. Temukan rancang bangun. Dengan pemahaman alat-alat sastra tersebut di atas baca lerbih lambat atau cermat nas perikop yang ditelaah dengan memperhatikan struktur dalam pikiran, baik unit besar maupun kecil. Hubungan ini mudah dilihat pada unit kecil seperti frasa dan anak kalimat. Cari sampai ketemu rancang bangunnya, sebelum maju ke tahap penafsiran.
IMS 100913

No comments:

Post a Comment