Thursday, November 26, 2009

PENELAAHAN ALKITAB SELANGKAH DEMI SELANGKAH (1)

Prosedur PA-Pribadi dalam 12 Langkah (ringkasan)
 
PERSIAPAN
  1. Siapkan lembar catatan dan pena untuk mencatat hasil perenungan dan penelaahan; tanpa catatan tidak akan ada penelaahan.
  2. Berdoa: memohon Tuhan membersihkan hidup anda dari semua dosa yang diketahui dan memenuhi anda dengan Roh Kudus, memohon Roh Kudus mengilhami dan menerangi pikiran anda, pikiran yang rendah hati dan dapat diajar (Maz. 119:18; Yoh. 16:13-15).
Tahap I PENGAMATAN--Apa kata konteks?
Survei unit telaahan, dimulai dengan menggunakan lensa sudut lebar (wide angle)baca lambat, atau cepat tetapi cermat, dari awal sampai akhir dalam sekali baca tanpa henti dan tanpa menafsir, berulang beberapa kali menurut keperluan. Amati dan catat apa adanya sebanyak mungkin fakta penting yang bermakna menyeluruh tentang konteks, ajukan pertanyaan-pertanyaan pengamatan: Apa? Kenapa? Di mana? Kapan? Bagaimana? Untuk apa?
Langkah 1  Tentukan tentang apa:

Pada pembacaan pertama kali tanya dalam hati dan camkan:
Tentang apakah perikop unit telaahan ini?



Survei lebih lanjut bagian demi bagian dan secara keseluruhan unit telaahan, masih dengan lensa sudut lebar, dalam pembacaan ulang seterusnya.
Langkah 2  Tentukan pembagian sub-unit:

Dengan memperhatikan struktur dalam pikiran, perhatikan pembagian mayor dan minor yang terdapat dalam unit telaahan dan tentukan bagian-bagian yang menjadi sub-unit dari unit telaahan apakah pasal atau paragraf, dan mana dari antaranya, kalau ada, yang menjadi bagian utama, yang menjadi atasan dari sejumlah sub-unit; cantumkan nomor ayat masing-masing bagian/sub-unit. Jumlah kolom dalam daftar ikhtisar penelaahan ditentukan oleh jumlah sub-unit tersebut.

Langkah 3  Temukan fakta relevan:      --di atas permukaan

Ajukan pertanyaan-pertanyaan dan catat jawabannya tentang hal-hal di bawah ini:
a. Temukan tokoh-tokoh dalam nas perikop ini.
b. Temukan tempat dan waktu.
c. Beri judul singkat tiap sub-unit, yaitu judul bagian utama  dan judul masing-masing sub-unit bawahannya, yang menggambarkan isi utama bagian dan sub-unit yang bersangkutan; juga judul unit telaahan.
d. Catat proporsi bagian penting dan rasakan nada emosional.
e. Amati bentuk sastra perikop.

Tilik/amati terinci pada pembacaan ulang selanjutnya, dan langkah selanjutnya mulai langkah ini, ibarat menggunakan lensa tilik dekat (close-up).
Langkah 4  Tilik lebih lanjut setiap sub-unit        –di bawah permukaan

a. Periksa tiap sub-unit apa yang menjadi pokok bahasan.
b. Tuliskan ringkasan isi dari setiap sub-unit, yang menunjukkan hubungan antar bagian-bagian dari sub-unit tersebut.
c. Tulis pokok pikiran utama setiap sub-unit sebagai butir pertama rigkasan (simak dari ayat kuncinya), dengan butir-butir ringkasan lainnya di bawahnya.
d. Tentukan ayat kunci nas keseluruhan unit perikop ini.
e. Tuliskan tema utama nas keseluruhan unit telaahan ini*.
f. Temukan istilah-istilah penting dan utama.
g. Catat ciri-ciri khas istimewa atau khusus, jika ada.
    *) bernuansa masa lalu, bahasa teks.

Periksa rancang bangun tiap sub-unit dan secara keseluruhan unit, bagaimana struktur sastranya—bagaimana unsur-unsurnya tersusun, terjalin, terkait dalam membangun jalan pikiran penulis; bagaimana penulis mengembangkan tema. Temukan hubungan struktural untuk menemukan jalan pikiran, atau beban hati si penulis—hubungan: sebab-akibat, puncak, pembandingan, penentangan, titik balik, generalisasi, partikularisasi, pendahuluan, tanya-jawab, atau hubungan pengulangan, serta kata-kata lainnya yang menunjukkan peralihan pikiran.
Langkah 5  Catat hubungan struktural utama:

Dari antara hubungan struktural yang ditemukan tentukan mana yang utama, yaitu yang menjalin keseluruhan unit mendukung pokok pikiran utama unit telaahan.
Juga aspek utama dari hubungan utama tersebut.

Periksa/catat ayat-ayat paralel.
Langkah 6  Temukan ayat-ayat paralel:

Amati konteks perikop: periksa aliran gagasan, pokok pikiran, pemakaian dan pengertian biasa dari istilah, doktrin dan kebenaran fundamental dalam ayat atau bagian yang mendahului dan yang mengikuti, dan dalam hubungan dengan bagian-bagian lain Alkitab secara keseluruhannya.
Langkah 7  Temukan ayat-ayat konteks:

Cari ayat-ayat bersangkutan, yaitu ayat-ayat bandingan ataupun ayat-ayat rujukan (cross reference) yang membantu menjelaskan lebih lanjut apa yang tertulis dalam teks unit telaahan (pakai konkordansi dll).

Perhatikan penyataan Kristus: penyataan atau ungkapan yang menyatakan sesuatu tentang Yesus Kristus, Roh Kudus, atau Allah Bapa.
Langkah 8  Temukan penyataan Kristus.

Tahap II  PENAFSIRANApa arti teks? Apakah maksud penulis?
Analisa hasil pengamatan, tarik benang merah dan petik kebenaran yang tersingkap, bagaikan kembali menggunakan lensa sudut lebar meninjau indahnya panoramanya setelah kabut mulai tersingkir. Selidiki duluan hal utama, yaitu hubungan struktural utama, istilah utama, dan tema/pokok pikiran utama; periksa detail hanya kalau relevan.
Langkah 9  Temukan apa maknanya dan kaitannya dengan hidup anda:

a) Tanya jawab penafsiran:

Ajukan pertanyaan tentang definisi, alasan, cara, implikasi, dan asumsi tentang istilah utama, dan aspek utama dari hubungan utama; tuliskan jawabannya. Bila perlu, cari juga jawaban dalam Alkitab versi/terjemahan lain, peta Alkitab, kamus Alkitab, ensiklopedia Alkitab, dan konkordansi Alkitab. Periksa uji semua jawaban.
1) Definisi: Siapa atau apa ini? Apa arti atau pentingnya ini?
2) Alasan: Kenapa ini demikian? Apa maksudnya?
3) Cara: Bagaimana ini dilakukan?
4) Implikasi dan asumsi: Apa yang dimaksudkan/tersirat dengan ini? Apa yang diasumsi?

b) Buat ringkasan tafsiran: simpulkan kebenaran-kerbenaran utama.*
c) Tuliskan secara ringkas padat apa PESAN perikop telaahan (pokok pesan dan pelengkapnya).*

*) bernuansa masa kini, penafsiran masa lalu ke masa kini.

Tahap III  PENERAPANApa arti teks ini bagi hidup saya? (Luk. 6:46-49)
Evaluasi kelayakan tafsiran untuk penerapannya.
Renungkan/meditasi dalam doa pilihan kebenaran firman yang mau diterapkan; dahulukan prinsip utama.
Langkah 10  Renungkan butir-butir penerapan:

Pilih dari antaranya butir-butir yang menjadi tujuan penerapan yang dapat/mau diterapkan segera; nyatakan secara spesifik, konkrit, dan praktis.
Buat janji bertanggung jawab atau tekad untuk melaksanakannya dan bawakan dalam doa, mohon kekuatan, keberanian, kepercayaan diri, dan keteguhan hati, serta bimbingan Roh Kudus dalam melaksanakannya.


Langkah 11  Buat atau rumuskan tekad:

Tuliskan singkat TUJUAN yang diinginkan.


Hapal ayat kunci, ayat yang juga menjadi kunci penerapan yang anda tulis.
Langkah 12  Pilih ayat hapalan:

Bagikan (sharing) hasil PA-Pribadi ini dengan orang lain (‘Timotius” anda, dan sesama anggota kelompok PA).
IMS – 080725rev1

Tuesday, November 24, 2009

TERBAJAK DALAM PESAWAT DC-9 “WOYLA” (2)

Pembajakan pesawat DC-9 Garuda Woyla, 28 Maret 1981 di Bangkok, Thailand.
dc9 woyla
Penerbangan 206 Garuda Indonesia DC-9 Woyla berangkat tanggal 28 Maret 1981 dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi, transit di Palembang lalu seyogyanya akan terbang menuju Bandara Polonia Medan, diperkirakan tiba pada pukul 10.55.  Dalam penerbangan dari Palembang, pesawat tersebut dibajak oleh 5 orang penumpang. Dua penumpang bangkit dari tempat duduk mereka, satu menuju ke kokpit dan satu lagi berdiri di gang. Pada pukul 10.10 pesawat tersebut dikuasai oleh 5 pembajak, semuanya bersenjata. Pembajak di kokpit memerintahkan pilot untuk terbang ke Kolombo, Sri Langka namun pilot berkata bahwa pesawat tersebut tidak memiliki cukup bahan bakar. Maka pesawat dialihkan dulu ke Penang, Malaysia untuk menambah bahan bakar. dan lalu memaksanya untuk menerbangkannya ke Srilanka, tetapi pesawat Woyla kemudian diperintahkan untuk terbang ke Bandara Don Muang, Bangkok. Tuntutan para teroris adalah agar anggota Komando Jihad yang ditahan di Indonesia, yaitu dalam peristiwa Cicendo 11 Maret 1981, segera dibebaskan dan juga uang sejumlah US$ 1,5 juta. Mereka juga meminta pesawat untuk pembebasan tahanan, untuk terbang ke tujuan yang rahasia. Jika tidak mereka akan meledakkan pesawat.

Monday, November 23, 2009

TERBAJAK DALAM PESAWAT DC-9 "WOYLA"

Prolog

Mengikuti sermon-PA setahun terakhir, baik sebagai peserta maupun sebagai pemimpin sermon, saya beroleh kesan, bahwa pemahaman dan keyakinan sebagian peserta tentang perananan atau karya Roh Kudus dalam diri orang percaya umumnya masih rendah. Maka saya terdorong untuk memberikan kesaksian tentang pengalaman rohani saya dalam hal tersebut.

Pengalaman rohani dalam drama 60 jam pembajakan pesawat

Kejadiannya adalah lebih seperempat abad yang lalu, tepatnya tanggal 28 Maret 1981, pukul 10.10 WIB, dalam perjalanan dari Jakarta ke Medan, di atas pesawat DC9 “Woyla” Garuda Indonesia. Setelah baru saja tanda kenakan safety belt dipadamkan, setelah tinggal landas dari transit di bandara Talang Betutu, Palembang, suasana dalam pesawat menjadi begitu mencekam dan tegang, serta mencemaskan hati.

Seorang pria, dengan pistol di tangan diacungkan ke arah penumpang, berdiri di atas salah satu kursi baris paling depan, sambil meneriakkan: “Angkat tangan, jangan bergerak”. Lima orang teroris, kabarnya asal Kota Maksum, Medan, membajak pesawat yang saya tompangi tersebut dan segera berhasil menguasai pesawat. Tidak ada perlawanan dari awak pesawat maupun penumpang.

Di antara penumpang terdapat dua orang asing, dapat diyakini bahwa mereka berdua akan menjadi sandera berharga bagi posisi tawar menawar para pembajak dalam tuntutan mereka. Tetapi sewaktu berada di bandara Bangkok seorang berhasil lolos dari pintu kanan depan (dibiarkan terbuka karena AC tak jalan lagi) dan seorang lagi dari pintu darurat samping kanan di atas sayap. Saya sendiri duduk dekat pintu darurat samping kirinya, tetapi tak berani melompat ke luar dan tak tau juga caranya, selain hanya mampu membaca petunjuk pull yang tertulis di atas pintu.

Terdorong menyanyi

Demikianlah dalam suasana mencekam tersebut, masih pada permulaan pembajakan, tiba-tiba begitu saja timbul niat saya mau menyanyikan lagu “Tuhan Allah Hadir dalam Rumah ini” (Nyanyian Rohani no. ?), yang sering kami nyanyikan di SMA Nasrani, Medan, setiap kali kami berkumpul beribadah pada setiap Senin pagi sebelum memulai pelajaran. Kami dibariskan berdiri di lapangan terbuka di sudut pekarangan yang diapit berbentuk huruh L oleh dua baris ruang-ruang belajar (lantainya lk 1 m lebih tinggi dari permukaan lapangan). Tanpa pikir panjang, mempertimbangkan suasana mencekam di sekitar saya misalnya, spontan saja saya nyanyikanlah lagu tersebut dalam hati. Tetapi karena baris ke-2 dan seterusnya saya tak hapal teksnya, lalu saya ganti dengan kata-kata doa. Demikianlah saya nyanyikan berulang-ulang, bernyanyi sambil berdoa atau berdoa sambil bernyanyi.

Teringat ayat firman

Berselang waktu kemudian setelah puas bernyanyi tersebut tiba-tiba saya teringat pula akan suatu ayat firman yang berbunyi, “Jika Allah bersama kita siapa yang kita takutkan”, padahal aslinya berbunyi, “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita (Rom 8:31)?” Maka sayapun tenang-tenang saja tak merasa khawatir.

Yakin akan pemeliharaan Allah

Tidak lama setelah pembajakan, salah seorang pembajak menyatakan, bahwa pesawat akan diterbangkan ke Libia, walaupun kenyataannya hanya sampai Bangkok. Dalam perundingan dengan pemerintah RI setelah berada di Bangkok mereka minta pesawat pengganti untuk menerbangkan mereka ke tujuan semula, bersama kawan-kawan mereka yang ditangkap pada peristiwa Cicendo, Bandung, yang akan dilepaskan dari penjara sebagai bagian dari tuntutan mereka. Membayangkan Libia sebagai negara pimpinan Kadafi berhaluan keras Islam, kemudian tiba-tiba muncul pula dalam pikiran saya, “Kalaupun ini adalah perjalanan terakhir dalam hidup saya, pasti Allah akan menjaga anak-istri yang saya tinggalkan.” Saya pun merasa damai di hati dan tenang-tenang saja.

Mengaku jujur apa agama yang dianut

Sekali-sekali salah seorang pembajak menanyakan beberapa penumpang yang dilewatinya ketika sedang mondar mandir di gang di antara barisan kursi penumpang, “Apa agamamu?” Semua menjawab, “Islam”. Sayapun menjadi khawatir, apalah jawab saya nanti, apakah yang sebenarnya atau berbohong. Sayapun berusaha menghindari tatapan matanya setiap kali dia lewat dari samping saya.

Akhirnya giliran saya tiba juga, ketika saya disuruh membersihkan lantai gang di depan pintu toilet depan yang menjadi becek. Saya melapnya secara berdiri menunduk membungkuk di pinggang, sambil tangan kiri menopang pada dinding toilet. Rupanya dari kejauhan kelihatan bahwa di jari tangan kiri saya masih melekat sebentuk cincin, yaitu cincin emas berkepala agak besar berinitial IM tempahan toko emas di Sipirok, pemberian nenek saya sewaktu mendoakan kami supaya segera dapat anak setelah menunggu lebih kurang tiga tahun menikah. Selesai ngepel saya pun dipanggil ke belakang untuk menyerahkannya, termasuk cincin kawin yang ada di jari tangan kanan, dan saya ditegor kenapa tak menyerahkannya tadi sewaktu digeledah. Saat itu saya pun ditanya apa agama saya. Ternyata spontan saja saya menjawab, “Kristen,” tanpa merasa khawatir sedikit pun.

Menjadi sadar akan tuntunan Roh Kudus

Lama bertahun-tahun kemudian barulah saya sadari, setelah saya mulai paham akan pekerjaan Roh Kudus dalam diri setiap orang percaya, bahwa dorongan bernyanyi, teringat akan ayat firman, yakin akan pemeliharaan Allah terhadap keluarga yang ditinggal, serta berkata benar apa agama yang dianut, adalah karya Roh Kudus dalam diri saya. Yang saya dengar adalah suara Allah. Dan waktu itu saya mendengar dan mengindahkannya, artinya secara spontan mematuhinya, meyakininya, mempercayainya dan melakukannya, bukan hanya sekedar mendengarnya saja.

Padahal waktu itu kehidupan rohani saya tidaklah dapat dikatakan saleh. Umur saya ketika itu lebih kurang 45 tahun pada saat-saat giatnya lebih sibuk menapak strata atas dalam kariere saya dari pada punya waktu untuk merngindahkan hal-hal rohani. Hanya saja masa pendidikan saya mulai SD sampai SMA memang saya lalui dalam sekolah Kristen, kecuali kelas satu SD pada masa pendudukan Jepang, karena tempat tinggal kami jauh dari sekolah Kristen, dan kelas empat SD sewaktu mengungsi ke Serbelawan, Simalungun, pada permulaan masa revolusi kemerdekaan.

Evaluasi penyertaan Tuhan

Menyimak kembali kejadian tersebut di atas, ternyata urutan dan timing pesan-pesan yang saya terima pun sepertinya adalah pengaturan Tuhan. Dimulai dengan nyanyian “Tuhan Allah Hadir dalam Rumah ini” yang segera kemudian saya modifikasi menjadi doa nyanyian saya berulang-ulang. Berdasarkan keyakinan yang timbul berkat doa nyanyian saya tersebut akan kehadiran Allah, lalu teringat akan satu ayat firman Allah, yang saya ingat bukan menurut bunyi aslinya, tetapi sekenanya saja sesuai situasi gawat saya waktu itu, yang menyatakan tak perlu takut kalau bersama Allah. Dilanjutkan dengan keyakinan akan pemeliharaan Tuhan bagi anak-istri yang ditinggalkan di rumah. Lalu giliran saya menjawab apa agama saya bukan pada permulaannya dia mulai bertanya, tetapi cukup lama kemudian setelah saya sudah mendapat keyakinan akan penyertaan Allah. Jadi, urutan pesan dan timing-nya betul-betul sempurna.

Epilog

Demikianlah sekilas kesaksian saya tentang satu pengalaman rohani akan peranan Roh Kudus dalam diri saya. Kiranya akan menggugah kita untuk belajar semakin peka mendengar suara-Nya, dengan terus menerus memelihara hubungan komunikasi yang akrab dalam persekutuan dengan Tuhan kita Yesus Kristus. Tekun bersaat teduh membaca, merenungkan, dan menghayati firman serta berdoa berdialog dengan Tuhan.

IMS-2009

(Kesaksian Iman dalam Kebaktian Penyegaran Iman GKPI Medan Kota tanggal 14/5/09)